Program Pangan Dunia (WFP) menyebutkan, Gaza kini berada di ambang “kelaparan besar-besaran”. Sementara UNICEF melaporkan, satu dari tiga anak di bawah lima tahun di Gaza utara menderita kekurangan gizi akut.
Fidaa Hassan, seorang mantan perawat dan ibu tiga anak dari Kamp Pengungsi Jabalia, menyaksikan langsung gejala malnutrisi pada anak-anaknya sendiri.
“Saya mempelajari gejalanya. Sekarang saya melihatnya di anak-anak saya,” katanya dari tempat penampungan keluarganya di Gaza barat.
Anak bungsunya, Hassan, yang baru berusia dua tahun, kerap terbangun dengan tangis karena lapar. Ia selalu meminta roti yang tak bisa mereka berikan.
“Sebelum perang, setiap ulang tahun anak-anak saya kami rayakan dengan pesta. Tapi untuk Hassan, ulang tahun keduanya beberapa bulan lalu, saya bahkan tak bisa memberinya makanan yang layak,” ujarnya.
Firas, putra sulungnya yang berusia 10 tahun, juga menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi parah.
Dulu, kata Fidaa, waktu makan menjadi momen yang dinanti.
Baca juga: Israel Umumkan Jeda Perang di Gaza mulai Pukul 10.00-20.00 Setiap Hari
“Kami biasa makan tiga sampai empat kali sehari. Makan siang adalah waktu berkumpul. Malam musim dingin dipenuhi aroma sup miju-miju. Sore musim semi kami isi dengan membuat dolma dari daun anggur,” kenangnya.
“Sekarang kami tidur dalam keadaan lapar. Tidak ada tepung, tidak ada roti, tidak ada yang bisa kami makan. Satu kilogram tepung harganya 150 shekel (sekitar Rp 660.000). Kami tak sanggup membelinya,” tambahnya sambil menggendong Hassan yang tubuhnya tampak lemah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah berulang kali memperingatkan bahwa pengepungan dan pembatasan bantuan kemanusiaan oleh Israel memicu kelaparan yang disebabkan oleh manusia.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), hanya sebagian kecil dari 600 truk bantuan yang dibutuhkan setiap hari yang berhasil masuk ke Gaza.
Sistem Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) menempatkan wilayah Gaza utara dalam Fase 5, yaitu bencana atau kelaparan.
Di tengah ketidakamanan, bantuan yang masuk pun kerap dirampas kelompok bersenjata atau dijarah, membuat warga yang paling membutuhkan semakin sulit mengaksesnya.
Baca juga: Sepertiga Warga Gaza Tak Makan Selama Berhari-hari
Lebih mengerikan lagi, ratusan warga yang mencoba mengakses bantuan kemanusiaan dilaporkan tewas ditembak tentara Israel sejak Mei. Bantuan tersebut dikirim oleh organisasi GHF dengan dukungan dari Amerika Serikat dan Israel.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini