KOMPAS.com – Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, menyatakan akan bergabung dengan kelompok aktivis Palestina untuk berlayar membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Upaya ini bertujuan untuk mematahkan pengepungan yang disebut ilegal oleh Israel.
Thunberg mengungkapkan, pelayaran tersebut akan dilakukan bersama armada baru yang berangkat dari Spanyol pada 31 Agustus 2025.
Baca juga: Soal Gaza, Greta Thunberg: Saya Tak Takut Ditahan, Saya Takut Dunia Diam
“Pada 31 Agustus, kami meluncurkan upaya terbesar yang pernah ada untuk mematahkan pengepungan ilegal Israel atas Gaza dengan puluhan kapal berlayar dari Spanyol,” tulisnya di Instagram, Minggu (10/8/2025) malam.
Menurut Thunberg, rombongan kapal dari Spanyol akan bertemu dengan puluhan kapal lain pada 4 September 2025. Kapal-kapal itu akan berangkat dari Tunisia dan sejumlah pelabuhan lain.
Inisiatif ini diberi nama “Armada Sumud Global” dan akan melibatkan aktivis dari 44 negara. Kegiatan tersebut juga direncanakan mencakup aksi demonstrasi serentak di berbagai lokasi.
Sejumlah tokoh publik akan turut serta, di antaranya aktor Susan Sarandon dari Amerika Serikat, Gustaf Skarsgard dari Swedia, dan Liam Cunningham dari Irlandia. Armada Sumud Global tidak menyebutkan jumlah pasti kapal yang akan menuju Gaza kali ini.
Melalui laman resminya, Armada Sumud Global menggambarkan diri sebagai organisasi “independen” yang tidak terafiliasi dengan pemerintah maupun partai politik.
Sebelumnya, dua upaya pengiriman bantuan ke Gaza melalui jalur laut pada Juni dan Juli 2025 dihalangi oleh Israel. Pasukan Israel menaiki kapal para aktivis, menahan mereka, lalu mengusirnya.
Diketahui, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 61.430 warga Palestina tewas akibat serangan Israel selama 22 bulan terakhir di Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan angka tersebut dapat diandalkan.
Baca juga: Usai Dideportasi, Greta Thunberg Ungkap Pengakuan Saat Ditahan Israel
Sementara itu, serangan Hamas terhadap Israel pada 2023 yang memicu perang mengakibatkan 1.219 orang tewas, berdasarkan data resmi yang dihimpun AFP.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini