Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100 Anak Gaza Meninggal Malanutrisi, Sepertiga Penduduk Tak Makan Berhari-hari

Kompas.com - 12/08/2025, 20:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com - Sejumlah badan kemanusiaan PBB pada Senin (11/8/2025) mendesak tindakan segera setelah otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa lebih dari 100 anak meninggal akibat malanutrisi sejak perang dimulai pada Oktober 2023.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan, mitra bantuan kemanusiaannya di Gaza menganggap terlampauinya angka 100 korban tewas sebagai tonggak tragis yang memalukan dunia dan menuntut tindakan mendesak yang sudah lama tertunda.

Sementara itu, Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan bahwa lebih dari 300.000 anak masih berada dalam risiko serius.

Baca juga: Albanese: Netanyahu Abaikan Krisis Kemanusiaan di Gaza

Selain itu, lebih dari sepertiga penduduk Gaza melaporkan tidak makan selama beberapa hari berturut-turut, sebagaimana dilansir Antara.

Badan PBB tersebut mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan bantuan pangan kemanusiaan dasar di Gaza, diperlukan lebih dari 62.000 ton setiap bulannya.

Hingga saat ini, pihak kemanusiaan belum diizinkan untuk membawa pasokan yang memadai guna mendukung kelangsungan hidup 2 juta penduduk di Gaza.

OCHA menyatakan, PBB dan mitranya sebenarnya berhasil menyalurkan beberapa pasokan makanan, bahan bakar, dan perlengkapan dari pos perlintasan Kerem Shalom atau Karem Abu Salem pada Minggu (10/8/2025).

Baca juga: Serangan Terbesar Israel Guncang Gaza, Netanyahu Tegaskan Tujuan Baru

Namun, pasokan itu dibongkar sebelum truk-truk tersebut tiba di tujuan.

Kantor itu mengatakan bahwa bahan bakar tersebut juga melewati pos perlintasan yang sama.

OCHA menyatakan, otoritas Israel hanya mengizinkan rata-rata sekitar 150.000 liter bahan bakar per hari.

Jumlah ini masih jauh di bawah batas minimum yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi penyelamatan nyawa.

Baca juga: Upaya Membungkam Laporan Perang di Gaza, Israel Tewaskan 5 Jurnalis Al Jazeera

Sementara itu, Badan Pertahanan Sipil Palestina melaporkan, lebih dari setengah ambulansnya telah berhenti beroperasi di seluruh Gaza akibat kekurangan bahan bakar dan suku cadang.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB pada pekan lalu memperingatkan, hanya 1,5 persen lahan pertanian di Gaza yang masih dapat diakses dan tidak rusak, menandakan hampir runtuhnya seluruh sistem pangan setempat.

Direktur Divisi Koordinasi OCHA Ramesh Rajasingham dalam sebuah sesi khusus Dewan Keamanan PBB pada Minggu menggambarkan kondisi kemanusiaan di Gaza sebagai melampaui kata mengerikan.

Dia juga mengutarakan kekhawatiran yang mendalam terkait konflik yang berkepanjangan dan laporan tentang kejahatan perang serta korban jiwa lainnya yang kemungkinan akan bertambah setelah keputusan Israel untuk memperluas operasi militer di Gaza.

Baca juga: Greta Thunberg dan Aktivis Dunia Akan Berlayar Lagi Bawa Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Operasi tersebut dianggap sebagai eskalasi yang serius dalam konflik yang telah menimbulkan penderitaan yang tak terbayangkan.

Rajasingham menambahkan, semua jalur kehidupan yang masih tersisa di Gaza kini berada di ambang kehancuran akibat serangan yang terus berlangsung, pengungsian paksa, dan tingkat bantuan penyelamatan nyawa yang tidak memadai.

Pada Minggu yang sama, pasukan Israel menyerang sebuah tenda di depan Rumah Sakit Al Shifa dan menewaskan enam jurnalis di dalamnya.

Sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, lebih dari 240 jurnalis telah tewas. OCHA menegaskan kembali bahwa semua warga sipil, termasuk jurnalis, harus dilindungi sesuai dengan hukum humaniter internasional.

Baca juga: 22 Bulan Lebih Perang di Gaza, PM Israel Bersikeras Perluas Serangan

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau