GAZA, KOMPAS.com - Warga Palestina melaporkan bahwa militer Israel mengirim serangan terbesar dalam beberapa pekan terakhir pada Senin (11/8/2025) di daerah timur Kota Gaza.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan akan memperluas peperangan “dengan cukup cepat” untuk menargetkan Hamas.
Melansir Reuters pada Selasa (12/8/2025), saksi mata mengatakan bahwa tank dan pesawat Israel menggempur Sabra, Zeitoun, dan Shejaia, tiga wilayah di pinggiran timur Kota Gaza, pada Senin.
Baca juga: Upaya Membungkam Laporan Perang di Gaza, Israel Tewaskan 5 Jurnalis Al Jazeera
Beberapa penduduk Kota Gaza mengatakan bahwa itu adalah salah satu malam terburuk dalam beberapa minggu terakhir.
"Suara itu seperti perang dimulai kembali," kata Amr Salah (25) kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.
"Tank menembakkan peluru ke rumah-rumah, dan beberapa rumah terkena, dan pesawat melakukan apa yang kami sebut cincin api, di mana beberapa rudal jatuh di beberapa jalan di timur Gaza," lanjutnya.
Kejadian itu meningkatkan kekhawatiran masyarakat akan persiapan militer untuk serangan yang lebih dalam ke Kota Gaza.
Menurut Hamas, Kota Gaza sekarang menjadi tempat berlindung sekitar 1 juta orang Palestina setelah pemindahan penduduk dari tepi utara wilayah kantong tersebut.
Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya menembakkan artileri ke arah Hamas di daerah tersebut.
Menurut mereka, tidak ada tanda-tanda pasukan bergerak lebih dalam ke Kota Gaza sebagai bagian dari serangan Israel yang baru disetujui oleh kabinet keamanan.
Baca juga: 22 Bulan Lebih Perang di Gaza, PM Israel Bersikeras Perluas Serangan
Serangan militer Israel terbaru juga menargetkan jurnalis di Gaza.
Sebuah serangan udara di sebuah tenda di kompleks Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza menewaskan enam jurnalis, termasuk wartawan terkenal Al Jazeera Anas Al-Sharif.
Empat lainnya adalah koresponden Mohammed Qreiqeh, dan tiga juru kamera Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa. Ditambah, freelancer lokal Mohammad Al-Khaldi.
Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah menargetkan dan membunuh Al-Sharif, karena dianggap sebagai kepala sel Hamas dan terlibat dalam serangan roket terhadap Israel.
Al Jazeera membantah klaim tersebut, dan sebelum kematiannya, Al-Sharif juga membantah tuduhan Israel bahwa ia memiliki hubungan dengan Hamas.