BEIJING, KOMPAS.com - Tidak ada yang mau bekerja tanpa digaji atau lebih buruk lagi, tak ada orang yang bersedia membayar agar bisa bekerja di kantor.
Namun anggapan tadi tidak berlaku bagi sekelompok warga China.
Dari hari ke hari, semakin banyak pengangguran di China yang justru mengeluarkan uang agar bisa berpura-pura bekerja.
Baca juga: Tak Hanya Indonesia, Jerman Juga Alami Lonjakan Pengangguran
Tren ini terjadi di tengah ekonomi yang lesu dan lapangan kerja yang semakin sempit di China. Di kalangan kaum muda China, pengangguran tergolong tinggi, yakni lebih dari 14 persen.
Bagi sebagian warga China yang sulit mendapatkan pekerjaan, opsi membayar sebuah perusahaan agar bisa berkantor lebih masuk akal ketimbang berdiam diri di rumah.
Shui Zhou, warga Kota Dongguan berusia 30 tahun, pernah memiliki usaha makanan, tapi dia gulung tikar pada 2024.
Pada April lalu, dia mulai membayar 30 yuan (sekitar Rp 67 ribu) setiap hari agar bisa masuk ke sebuah kantor tiruan, yang dikelola oleh perusahaan bernama Pretend To Work Company (Perusahaan Pura-Pura Bekerja).
Baca juga: Ekonomi Ambruk, Pengangguran di Gaza Melonjak 80 Persen, Dampak Terasa hingga Generasi Mendatang
Di dalam kantor itu, Zhou bergabung dengan lima "rekan" yang melakukan hal serupa.
"Saya merasa sangat bahagia. Rasanya kami seperti bekerja sama sebagai satu kelompok," kata Zhou.
Persewaan kantor tiruan semacam itu kini bermunculan di kota-kota besar di China, seperti Shenzhen, Shanghai, Nanjing, Wuhan, Chengdu, dan Kunming.
Dari luar, kantor-kantor itu tampak seperti kantor yang memang berfungsi. Di dalamnya terdapat komputer, akses internet, ruang rapat, dan ruang minum teh.
Alih-alih hanya duduk-duduk, para penyewa kantor itu dapat menggunakan komputer untuk mencari pekerjaan. Dengan komputer itu, mereka juga bisa membangun bisnis mereka sendiri.
Biaya sewa ruang kantor itu biasanya berkisar antara 30 hingga 50 yuan (Rp 67 hingga Rp 110 ribu). Dengan harga sewa itu, mereka menyediakan makan siang, camilan, dan minuman.
Baca juga: Tingkat Pengangguran Anak Muda China Naik 17,1 Persen pada Juli, Apa Sebab?
"Fenomena berpura-pura bekerja sekarang sangat umum," ujar Christian Yao, peneliti isu China di Sekolah Manajemen Universitas Victoria Wellington di Selandia Baru.
"Akibat perubahan ekonomi dan ketidaksesuaian antara pendidikan dan pasar kerja, kaum muda China membutuhkan tempat-tempat seperti ini untuk memikirkan langkah selanjutnya atau untuk melakukan pekerjaan sambilan sebagai masa transisi.