Sejak usia 12 tahun, Ki Anom sudah mulai mendalang dan mulai dikenal luas sejak era 1970-an.
Ia menempuh pendidikan pedalangan di berbagai lembaga budaya ternama seperti Himpunan Budaya Surakarta (HBS), Pasinaon Dalang Mangkunegaran (PDMN), Pawiyatan Kraton Surakarta, hingga Habiranda Yogyakarta.
Tahun 1968, ia tampil pertama kali di Radio Republik Indonesia (RRI) dan berhasil menarik perhatian publik.
Sepuluh tahun kemudian, ia diangkat menjadi abdi dalem Penewu Anon-anon bergelar Mas Ngabehi Lebdocarito.
Nama Ki Anom Suroto juga dikenal hingga mancanegara. Ia menjadi dalang Indonesia pertama yang tampil di lima benua.
Pada 1991, ia tampil di Amerika Serikat dalam pameran Kebudayaan Indonesia di AS (KIAS), serta mendalang di Jepang, Spanyol, Jerman Barat, Australia, dan Rusia.
Atas rekomendasi Dr. Soedjarwo, Ketua Umum Sena Wangi, Ki Anom bahkan dikirim ke India, Nepal, Thailand, Mesir, dan Yunani untuk memperdalam wawasan tentang mitologi dewa-dewa dalam pewayangan.
Dedikasinya terhadap pelestarian budaya membuahkan sejumlah penghargaan bergengsi:
Selain berkiprah sebagai seniman, Ki Anom juga dikenal dekat dengan tokoh-tokoh nasional, termasuk Anies Baswedan.
Pada November 2023, ia sempat tergabung sebagai Co-Capt 9 Timnas Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar (AMIN) dan aktif sebagai Pembina Komunitas Pelestari Seni Budaya Nusantara (KPSBN).
“Kita selalu menjaga silaturahmi dengan para dalang ya termasuk hari ini,” kata Anies kepada TribunSolo.com.
“Momen pada sore hari ini kami bisa silaturahmi dengan semua dalang-dalang se-Jawa Tengah,” ucap Anies.
“Hanya diskusi kebudayaan,” aku dia.
“Poin terpenting yaitu nantinya komunitas ini bisa difasilitasi oleh tiga pelaku utama, ada unsur pemerintah, ada unsur pelaku seni dan unsur masyarakat,” terangnya.
Kepergian Ki Anom Suroto meninggalkan warisan besar bagi dunia pewayangan.
Baca juga: Profil Ki Anom Suroto, Dalang Legendaris yang Meninggal Dunia Hari Ini
Ia dikenal memiliki cengkok suara khas, pembawaan halus, dan narasi filosofis yang dalam, menjadikannya panutan di kalangan seniman muda.
Kini, pesan terakhirnya menjadi pengingat bagi generasi penerus, bahwa menjaga dan meneruskan seni pewayangan bukan sekadar melestarikan budaya, tetapi juga menghormati nilai-nilai luhur kehidupan.
Sebagian artikel ini telah tayang di KOMPAS.com dengan judul "Dalang Kondang Ki Anom Suroto Meninggal di Solo" dan di TribunSolo.com dengan judul "PROFIL Ki Anom Suroto, Dalang Kondang Kelahiran Klaten Kini Tutup Usia, Pernah Jadi Timses Anies".
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang