KOMPAS.com - Nama Radja Nainggolan kembali mencuri perhatian publik sepak bola dunia.
Gelandang berdarah Indonesia yang kini memperkuat klub Belgia KSC Lokeren itu secara terbuka mengaku ingin membela Timnas Indonesia, sebuah pernyataan yang mengejutkan banyak pihak dan menyentuh hati para penggemar sepak bola Tanah Air.
Baca juga: Radja Nainggolan Ditangkap, Polisi Belgia Sita 2,7 Kg Kokain dan Uang Rp 6 M
Radja Nainggolan lahir di Antwerp, Belgia, pada 4 Mei 1988.
Ia merupakan putra dari Marjono Nainggolan, pria asal Medan, Sumatera Utara, dan ibunya, Lizelotte Nainggolan, warga negara Belgia.
Darah Batak dari sang ayah membuat Radja tak pernah sepenuhnya lepas dari identitas Indonesia, meskipun besar dan meniti karier di Eropa.
Sejak kecil, Radja tumbuh dalam lingkungan yang keras. Ia dikenal memiliki karakter tangguh dan emosional, ciri khas yang kemudian membentuk gaya bermainnya di lapangan, agresif, berani, dan penuh determinasi.
Perjalanan karier profesional Nainggolan dimulai di Italia. Ia memulai debut bersama Piacenza pada tahun 2006 di kompetisi Serie B.
Kemampuannya membaca permainan dan mengatur tempo membuatnya cepat menarik perhatian klub-klub besar.
Pada 2010, ia bergabung dengan Cagliari, di mana namanya mulai dikenal publik Serie A. Performa impresif selama empat musim membuat AS Roma merekrutnya pada 2014.
Bersama Roma, Nainggolan tampil sebanyak 203 kali dan mencetak 33 gol, menjadi salah satu gelandang paling disegani di Italia.
Penampilan gemilangnya membuat Inter Milan mendatangkannya pada 2018.
Meskipun kariernya di sana tak sepanjang di Roma, Nainggolan tetap dikenal sebagai pemain dengan etos kerja tinggi dan gaya bermain eksplosif yang membuatnya dijuluki “The Ninja.”
Di level tim nasional, Nainggolan membela Timnas Belgia sebanyak 30 kali dan mencetak 6 gol.
Ia menjadi bagian dari skuad Belgia di Euro 2016, tetapi tidak dipanggil ke Piala Dunia 2018, keputusan yang sempat menuai kontroversi dan kekecewaan dari para pendukungnya.
Seiring waktu, hubungan Nainggolan dengan federasi sepak bola Belgia disebut merenggang. Ia merasa kurang dihargai meskipun telah memberikan kontribusi besar.