JAKARTA, KOMPAS.com - PT Hutama Karya (Persero) menggunakan pendekatan arsitektur pada proyek MRT Jakarta Fase 2A CP203 yang mencakup dua stasiun bawah tanah Glodok dan Kota, serta koridor terowongan sepanjang sekitar 1,459 kilometer.
Karena berada di kawasan bersejarah yang padat aktivitas, paket ini sejak awal dikembangkan dengan pendekatan desain kontekstual terhadap Kota Tua, terintegrasi antar-moda, sekaligus mengutamakan keselamatan, mutu, dan pengalaman pengguna.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Hutama Karya Adjib Al Hakim mengatakan, pada proyek CP203, arsitektur menjadi pembeda utama.
Stasiun Glodok mengusung tema “Layers of History: Chinatown Heritage & Commercial Area”.
Desain eksterior yang formal dan monokrom sengaja dihadirkan sebagai penanda navigasi baru di tengah warna-warni kawasan Pecinan tertua dan pusat niaga yang dinamis.
Baca juga: MRT Jakarta Timur-Barat Hidupkan Properti di Sepanjang Lintasan
“Di dalam ruang, narasi Glodok dituturkan melalui permainan “layer” pada dinding dan plafon serta aksen merah yang menegaskan identitas Pecinan. Sehingga, pengguna akan merasakan transisi dari hiruk-pikuk jalan ke interior yang lapang, efisien, dan berkesan,” ujar Adjib, Selasa (26/8/2025).
Sementara itu, Stasiun Kota menampilkan tema “Dwara Batavia: The Gate of Batavia”.
Bahasa bentuk lengkung dan garis diterapkan pada kolom, lantai, dan plafon sebagai interpretasi dialog antara warisan arsitektur kolonial Beos dan ritme mobilitas modern.
“Kedua stasiun dirancang sebagai simpul Transit Oriented Development (TOD)," tambah Adjib.
Trotoar lebar dan ramah pejalan kaki, aksesibilitas penuh bagi penyandang disabilitas dari pedestrian (pejalan kaki), hingga peron, serta konektivitas langsung seluruh stasiun Fase 2A dengan Transjakarta.
Ini khusus Stasiun Kota, integrasi dilakukan langsung dengan Commuter Line untuk memudahkan perpindahan moda.
Adjib menegaskan, CP203 tidak hanya berorientasi pada keandalan struktur, tetapi juga kualitas pengalaman ruang.
“Kami bekerja di pusat sejarah Jakarta dengan standar keselamatan ketat dan sensitivitas heritage (budaya) yang tinggi, sambil menghadirkan desain stasiun yang berakar pada identitas Glodok dan Kota Tua," tambah dia.
Tujuannya, bukan sekadar menghadirkan transportasi massal yang andal, tetapi juga memperkaya ruang kota dan memudahkan perpindahan antar-moda.
Untuk memastikan semua sistem bangunan dapat dipasang tanpa masalah, tim menggunakan teknologi perencanaan digital yang canggih.