JAKARTA, KOMPAS.com - Lupakan hiruk-pikuk Bangkok dan kesibukan Hanoi. Di tepi Sungai Mekong, berdiri sebuah ibu kota yang menolak tergesa-gesa: Vientiane.
Dengan populasi sekitar 760.000 hingga 950.000 jiwa (perkiraan 2025), Vientiane, ibu kota sekaligus kota terbesar Laos, dijuluki sebagai ibu kota paling low-key di Asia Tenggara.
Menariknya, Timnas sepakbola Laos kini tengah mengikuti babak kualifikasi Piala Asia lawan Malaysia.
Adapun, kekuatan Vientiane terletak pada filosofi sabai sabai, alias santai saja, yang menyelimuti setiap sudut kota.
Baca juga: Juara di Ajang Arsitektur Bergengsi Dunia, Palestina Inspirasi Perlawanan Budaya
Vientiane bukan hanya gerbang utama Laos, tetapi juga sebuah museum hidup yang memadukan warisan Kerajaan Lan Xang, sentuhan arsitektur kolonial Perancis yang elegan, dan spiritualitas Buddha.
Menurut Laos Travel Guide, sejarah Vientiane adalah kisah kehancuran dan kebangkitan. Berawal sebagai permukiman Khmer pada abad ke-3, kota ini menjadi pusat kekuasaan Kerajaan Lan Xang ketika Raja Setthathirath memindahkan ibu kota pada tahun 1573.
Monumen ikonik seperti Pha That Luang (Stupa Emas) lahir pada era ini sebagai simbol nasional.
Baca juga: Sejarah dan Arsitektur Gedung Grahadi Surabaya yang Dibakar Massa
Namun, kejayaan itu runtuh pada tahun 1827 ketika kota ini dijarah dan dibakar habis oleh pasukan Siam.
Butuh waktu puluhan tahun bagi Vientiane untuk bangkit, dan kebangkitan itu datang bersama penjajahan Perancis.
Pada tahun 1899, Perancis menetapkannya sebagai ibu kota Indochina, meninggalkan jejak arsitektur Eropa, jalan-jalan lebar ala Paris, dan monumen megah seperti Patuxai (Arc de Triomphe Laos).
Keunikan terbesar Vientiane terletak pada kontrasnya. Di sini, Anda dapat menemukan kuil kuno bergaya Thai-Lao yang berkilauan emas.
Seperti Wat Si Saket (kuil tertua tahun 1818) dengan lebih dari 2.000 patung Buddha, berdiri hanya beberapa blok dari bangunan kolonial Art Deco peninggalan Perancis.
Baca juga: Kontemporer, Langgam Arsitektur Masjid Terbesar di BSD City
Secara geografis, lokasinya di dataran timur laut Sungai Mekong menjadikannya sumber kehidupan sekaligus perbatasan alami dengan Thailand (Nong Khai).
Selain itu, terdapat Pha That Luang (Menara Emas), stupa setinggi 45 meter, simbol spiritual dan nasional Laos.
Kemudian Patuxai, monumen peringatan yang menawarkan pemandangan kota, dan Buddha Park (Xieng Khuan) yang merupakan taman surreal berisi lebih dari 200 patung Buddha dan mitologi Hindu-Buddha.