JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Jembatan Pandansimo di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak hanya menjadi pembatas Kabupaten Kulon Progo dan Bantul, melainkan penuh sarat makna budaya.
Representasi bentuk dasar gunungan wayang dihadirkan pada gapura dan lampu jalan sebagai simbol perjalanan dan keseimbangan antara alam serta manusia.
Adaptasi sulur keris pada batang gunungan memperkaya detail visual sekaligus mencerminkan filosofi keteguhan dan keluwesan masyarakat Jawa.
Selain itu, terdapat corak batik nitik sebagai sentuhan halus tradisi dalam struktur baja modern pada gunungan.
Baca juga: Lead Rubber Bearing, Bantalan Peredam Gempa Jembatan Pandansimo
"Perpaduan ini menjadikan Jembatan Pandansimo bukan hanya sarana transportasi, tetapi juga karya arsitektur yang menghidupkan kembali semangat budaya pesisir selatan Yogyakarta," ungkap Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo dalam rilis, Kamis (9/10/2025).
Selain itu, kawasan ini diproyeksikan menjadi koridor wisata baru yang menghubungkan destinasi wisata bahari seperti Pantai Depok, Glagah, Hutan Mangrove, hingga Kali Biru.
Dengan rancangan arsitektur yang menggabungkan teknologi tahan gempa, estetika lokal, dan manfaat konektivitas perekonomian, Jembatan Pandansimo diharapkan menjadi salah satu contoh infrastruktur yang tidak hanya sebagai penghubung antar-wilayah, tetapi juga menyatukan nilai-nilai keberlanjutan, budaya, dan kehidupan masyarakat.
Pembangunan Jembatan Pandansimo merupakan proyek strategis yang menghubungkan Desa Banaran di Kulon Progo dengan Desa Poncosari di Bantul.
Jembatan ini dibangun sejak November 2023 dengan panjang penanganan mencapai 2.300 meter dan lebar rata-rata 24 meter.
Konstruksi jembatan telah selesai pada Juni 2025 dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai Rp 863,7 miliar.
Baca juga: Jembatan Pandansimo Gunakan Teknologi Konstruksi CSP, Apa Itu?
Jembatan Pandansimo dibangun dengan memperhatikan kondisi alam pesisir selatan yang dinamis serta aspek risiko gempa bumi dan likuifaksi.
Jembatan Pandansimo, DIY.Struktur jembatan menggunakan Lead Rubber Bearing (LRB) yang mampu menyerap energi gempa dan mengurangi deformasi.
Selain itu juga dirancang dengan memanfaatkan Corrugated Steel Plate (CSP) yang ringan dan kuat sehingga lebih efisien dalam waktu pemasangan.
Konstruksi Jembatan Pandansimo menggunakan Mechanically Stabilized Earth Wall (MSE Wall) untuk memperkuat oprit jalan dan mortar busa sebagai material pengisi ringan untuk mengurangi beban struktur dan getaran tanah.
Keberadaan Jembatan Pandansimo diharapkan tidak hanya melancarkan mobilitas antar-wilayah, tetapi juga menjadi infrastruktur pendukung bagi pengembangan ekonomi, pariwisata, dan distribusi hasil pertanian dan perikanan di kawasan pesisir selatan Yogyakarta.
Jembatan Pandansimo, DIY.Pembangunan Jembatan Pandansimo akan membuka akses ke 2.164 hektar lahan pertanian di Kecamatan Galur, dengan potensi produksi lebih dari 9.000 kuintal hasil pertanian serta 13 ton hasil perikanan setiap tahun.
Baca juga: Menilik Desain Jembatan Pandansimo di DIY, Ada Gunungan hingga Gapura
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang