KOMPAS.com - Ibu Suri Thailand Sirikit, mantan ratu dan permaisuri mendiang Raja Bhumibol Adulyadej, meninggal dunia pada Jumat (24/10/2025) di Bangkok, pada usia 93 tahun.
Istana Kerajaan Thailand menyampaikan bahwa penyebab kematian beliau adalah komplikasi kesehatan. Sejak menderita stroke pada 2012, Sirikit jarang tampil di hadapan publik.
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn menginstruksikan penyelenggaraan upacara pemakaman kerajaan dengan kehormatan tertinggi bagi ibunya, sesuai dengan tradisi kerajaan Thailand.
Jenazah Sirikit akan disemayamkan di Balairung Dusit Maha Prasat, Kompleks Istana Agung Bangkok.
Selain itu, Raja Vajiralongkorn menetapkan masa berkabung selama satu tahun bagi keluarga kerajaan dan seluruh pejabat istana, yang dimulai sejak tanggal wafatnya Sirikit.
Kondisi Kesehatan Ratu Sirikit yang Memburuk
Pernyataan resmi dari pihak istana menyebutkan bahwa kondisi kesehatan Sirikit memburuk hingga akhirnya beliau wafat pada pukul 21.21 waktu setempat di Rumah Sakit Chulalongkorn, Bangkok.
Sirikit telah menjalani perawatan di rumah sakit sejak 2019 dan dilaporkan menderita sejumlah penyakit, termasuk infeksi darah yang dideritanya pada Oktober 2025.
"Keadaan kesehatan Yang Mulia memburuk hingga Jumat dan beliau berpulang pada pukul 21.21 di Rumah Sakit Chulalongkorn pada usia 93 tahun," demikian bunyi pernyataan istana.
Perjalanan Hidup dan Kisah Cinta Sirikit dengan Raja Bhumibol
Sirikit, yang dikenal sebagai Ratu Ibu Thailand, lahir pada 12 Agustus 1932 di keluarga bangsawan.
Beliau bertemu dengan Raja Bhumibol Adulyadej saat masih remaja di Perancis, ketika ayahnya bertugas sebagai duta besar Thailand.
Kisah cinta mereka dimulai setelah kecelakaan mobil yang menimpa sang Raja di Lausanne, Swiss, pada 1948, dan berlanjut hingga pertunangan rahasia mereka pada 1949.
Mereka menikah pada 28 April 1950, seminggu sebelum penobatan Raja Bhumibol.
Sirikit menerima gelar resmi Somdet Phra Nang Chao Sirikit Phra Borommarachininat setelah penobatan sang Raja sebagai Rama IX dari Dinasti Chakri.
Kepemimpinan dan Gaya Diplomatik
Pada dekade 1960-an, Raja Bhumibol dan Ratu Sirikit sering melakukan perjalanan kenegaraan ke Amerika Serikat, Eropa, dan Asia.
Sirikit dikenal dengan gaya busananya yang elegan dan menjadi simbol diplomasi Thailand.
Ia juga menjadi salah satu nama yang masuk dalam International Best-Dressed List sebanyak empat kali.
Selain itu, Ratu Sirikit aktif dalam proyek sosial, seperti mendirikan Support Foundation yang memberdayakan perempuan pedesaan, serta mendukung kelompok Buddhis dan lembaga sosial di wilayah selatan Thailand yang dilanda konflik separatis.
Masa Sulit dan Pengaruh dalam Politik
Pada 1980-an, kondisi kesehatan Ratu Sirikit sering terganggu akibat dugaan depresi dan gangguan saraf.
Meskipun demikian, ia tetap mendukung keluarga kerajaan dan berperan penting dalam pengaruh politik di Thailand, terutama dalam masa-masa politik yang penuh gejolak.
Ratu Sirikit turut menunjukkan dukungannya kepada kelompok pro-kerajaan dan hadir dalam beberapa acara politik penting, seperti pemakaman salah satu demonstran pro-monarki pada 2008.
Warisan dan Keluarga yang Ditinggalkan
Sirikit meninggalkan empat anak dan seorang saudari. Putri sulungnya, Ubol Ratana, pernah menikah dengan seorang warga Amerika sebelum kembali menjalankan tugas kerajaan.
Putri kedua, Maha Chakri Sirindhorn, dikenal luas karena pengabdiannya di bidang pendidikan dan kebudayaan. Putri bungsunya, Chulabhorn, adalah seorang dokter kimia organik.
Hari kelahiran Ratu Sirikit, 12 Agustus, diperingati setiap tahun sebagai Hari Ibu Nasional di Thailand, menandai warisan abadi yang ditinggalkannya bagi rakyat Thailand.
Sebagian artikel telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kabar Duka, Mantan Ratu Thailand Sirikit Wafat dalam Usia 93 Tahun dan Obituari Ibu Suri Thailand Sirikit, Ratu yang Anggun nan Berpengaruh.
https://www.kompas.com/sulawesi-selatan/read/2025/10/25/154500288/ibu-suri-thailand-sirikit-meninggal-masa-berkabung-setahun