Prosesnya memakan waktu, hingga tanah runtuh dan memperlihatkan pintu baja yang tertutup rapat.
Baca juga: Saat Elon Musk Tunjukkan Gestur Hormat Nazi pada Pelantikan Donald Trump...
Kepulauan Channel, termasuk Guernsey, Jersey, Sark, dan Alderney, berada di bawah pendudukan pasukan Jerman sejak 1940 hingga 1945.
Atas perintah Adolf Hitler, kawasan ini memiliki pertahanan kuat dan dikenal dengan istilah “benteng tak tertembus”.
Selama pendudukan, ratusan warga dideportasi ke penjara di Eropa, sementara yang bertahan hidup di pulau sering menghadapi kelaparan.
Pembebasan Guernsey dan Jersey terjadi pada 9 Mei 1945, disusul Sark sehari kemudian.
Alderney, yang sebagian besar penduduknya dipaksa mengungsi, baru dapat dihuni kembali pada 15 Desember 1945.
Hingga kini, momen bersejarah itu diperingati lewat Hari Pembebasan di Guernsey, Jersey, dan Sark, serta Hari Kepulangan di Alderney.
Baca juga: Kisah Paus Benediktus, Saat Muda Pernah Menentang Nazi dan Menjadi Tawanan Perang
Menurut dugaan, pintu masuk bunker di bawah rumah Tullier telah ditutup sejak 1960-an. Meski demikian, kondisinya tetap terjaga.
Bangunan itu memiliki dua ruang utama berukuran 5,18 x 3 meter dan 5,18 x 6 meter, lengkap dengan lantai keramik, pintu darurat, dan inskripsi berbahasa Jerman di dinding.
Salah satunya bertuliskan “achtung feind hort mit” yang menunjukkan peringatan agar waspada terhadap musuh yang mungkin sedang menguping.
Di dalamnya, pasangan tersebut juga menemukan puluhan kaleng bekas dan sisa-sisa peralatan yang ditinggalkan.
Tantangan terbesar usai penemuan adalah menguras air yang menggenang selama puluhan tahun, meski struktur bangunan dinilai masih kokoh.
Baca juga: Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi
Shaun dan Carrie kini berencana mengubah bunker itu menjadi ruang permainan dengan meja snooker, sekaligus pusat kebugaran.
Namun, keduanya menegaskan, elemen sejarah bangunan akan tetap dipertahankan.
“Ini bukan sekadar ruang permainan. Orang-orang datang untuk melihat sejarahnya,” ujar Shaun.
Pasangan suami istri tersebut merasa penemuan bunker di bawah rumah mereka adalah keberuntungan sekaligus warisan sejarah yang harus dijaga.
Mereka menilai, meskipun masa pendudukan Jerman merupakan periode kelam bagi pulau tersebut, peninggalan itu tetap memiliki nilai penting bagi generasi kini.
“Banyak orang ingin menghancurkan bunker-bunker seperti ini, tapi kami merasa beruntung memilikinya,” tandasnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini