Tetapi di balik maraknya perdagangan, isu legalitas tak bisa dihindari.
Baca juga: Peneliti Temukan Bukti Tsunami Purba di Amber Pepohonan Jepang dari Zaman Dinosaurus
Di Maroko, undang-undang sebenarnya mengatur izin penggalian dan ekspor fosil. Tetapi praktik di lapangan berbeda, sebagian besar fosil justru mengalir ke pasar gelap internasional.
Kondisi para penambang fosil juga memprihatinkan. Mereka bekerja di tambang gelap yang dalam, panas, dan berdebu, sering kali tanpa alat pelindung.
Upah yang diterima hanya sekitar 13–20 dollar AS atau sekitar Rp 210.000 sampai Rp 330.000 per hari, sementara risiko kecelakaan hingga kematian terus mengintai.
Para ahli menekankan, pembeli pribadi seperti saya jarang menghadapi konsekuensi hukum.
Yang menjadi catatan, membeli fosil dari negara dengan aturan ekspor ketat, seperti Brasil, Argentina, China, atau Mongolia, bisa berisiko.
Masalah lain adalah kaburnya batas legalitas. Beberapa fosil mungkin lolos dari penyelundupan dengan dokumen palsu, atau diperdagangkan di pameran internasional. Akibatnya, pembeli sulit memastikan apakah fosil yang mereka miliki sah atau tidak.
Oleh karena itu, para ahli menyarankan pembeli untuk berhati-hati.
Riset penjual, reputasi toko, serta dokumen asal-usul menjadi kunci penting sebelum memutuskan membeli barang purbakala.
Kini, gigi Spinosaurus ilegal milik Prisco diletakkan di rak buku.
Meski usianya sekitar 94 juta tahun, tetapi keindahan benda itu bercampur dengan rasa waswas akan status legalitas dan cerita kelam di balik penggaliannya.
“Jangan beli fosil secara online,” kata Maidment.
“Fosil adalah warisan bersama, bukan sekadar koleksi pribadi,” imbuhnya.
Baca juga: Fosil Utuh Archaeopteryx Jawab Misteri Evolusi Dinosaurus Bisa Terbang
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini