Namun, pada 2 September lalu, pihak wakil kepala sekolah meminta gugatan itu dibatalkan lewat kuasa hukumnya.
Baca juga: Rentetan Kasus Pelecehan Seksual Dokter Sepanjang April 2025, Keluarga Pasien Ikut Jadi Korban
Dilansir dari Shin Min Daily News, Rabu (3/9/2025), Wen pernah menyebarkan nomor telepon Zhuo di aplikasi Telegram, sambil menuding sang guru memberikan layanan seksual gratis.
Akibatnya, Zhuo sering mendapat gangguan.
Tak hanya itu, Zhuo juga mengaku pernah menerima pesan teks dari Wen pada Oktober 2014 yang berisi ancaman akan melukai keluarganya.
Bukan hanya itu, Wen juga melapor ke Kementerian Pendidikan dengan menuduh Zhuo melakukan pelanggaran.
Ia bahkan membuat beberapa alamat email palsu atas nama Zhuo untuk mengirim foto cabul ke rekan-rekannya.
Karena terus-menerus diganggu, Zhuo membuat tiga laporan polisi. Pada 2021, polisi mengabarkan bahwa Wen telah ditangkap.
Pada 2022, Wen dijatuhi hukuman 15 minggu penjara setelah terbukti bersalah dalam 13 dakwaan, termasuk pelanggaran terhadap UU Perlindungan dari Perundungan.
Zhuo menyampaikan, ia ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik dan mencoba menghubungi Wen untuk berdiskusi. Namun, Wen bersikeras melanjutkan gugatan.
Ia menduga bahwa Wen hanya ingin memaksanya hadir di pengadilan untuk menambah beban mental.
Akibat perundungan yang terus ia alami, Zhuo mengaku mengalami gangguan mental sejak 2015 dan kini menjalani perawatan di Institute of Mental Health.
Ia juga didiagnosis menderita gangguan kecemasan menyeluruh (generalised anxiety disorder), yang semakin parah sejak adanya gugatan Wen.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini