Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Etilen Oksida pada Produk Indomie di Taiwan, Pakar Pangan UGM Ingatkan Dapat Picu Kanker

Kompas.com - 13/09/2025, 16:00 WIB
Fatimah Az Zahra,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Sri Raharjo menanggapi temuan adanya zat kimia Etilen oksida dalam satu batch produk mi instan merek Indomie varian Soto Banjar Limau Kuit.

Zat kimia tersebut ditemukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Taiwan dalam satu batch Indomie varian Soto Banjar Limau Kuit yang diproduksi Indonesia. 

Melalui pernyataannya pada Kamis (9/11/2025), FDA Taiwan menuturkan bahwa satu batch produk Indomie varian Soto Banjar Limau tersebut memiliki batas kedaluwarsa 19 Maret 2026.

Baca juga: Beda Respons Taiwan, Hongkong, dan BPOM soal Temuan Etilen Oksida di Indomie Soto Banjar

Apa itu Etilen oksida?

Sri menjelaskan bahwa Etilen oksida merupakan gas tidak berwarna yang umumnya digunakan untuk sintesis bahan kimia.

"Etilen oksida adalah gas tidak berwarna, sangat mudah terbakar, dan beraroma manis. Gas ini paling banyak digunakan terutama sebagai bahan penolong dalam sintesis bahan kimia lainnya," jelasnya melalui pernyataan yang diberikan ke Kompas.com pada Sabtu (13/9/2025).

Lebih lanjut, Sri menuturkan hanya sebagian kecil saja dari produksi dunia yang digunakan untuk keperluan lain, seperti halnya fumigasi dan bahan tambahan pangan.

"Hanya sekitar 0,05 persen dari produksi dunia yang digunakan untuk fumigasi dan mendisinfeksi alat-alat medis; untuk memerangi kapang dan bakteri pada bahan pangan seperti rempah-rempah, kacang-kacangan, dan biji minyak; serta untuk memproduksi bahan tambahan pangan seperti gum guar dan gum locust bean," ungkap Sri.

Baca juga: Temuan Etilen Oksida Indomie di Taiwan Bukan Pertama Kali Terjadi

Sri menuturkan, gas Etilen oksida efektif dapat menembus kemasan dan membunuh berbagai jenis mikroorganisme, serangga, dan bahkan telurnya. 

Hal tersebut yang membuat zat kimia tersebut sangat populer untuk mensterilkan bahan pangan yang tidak tahan terhadap metode sterilisasi dengan uap panas.

Contoh bahan yang tidak tahan dengan panas antara lain rempah-rempah, kacang-kacangan, biji-bijian. Uap panas dapat merusak aroma, rasa, dan warna dari bahan pangan tersebut.

Baca juga: BPOM: Indomie Soto Banjar yang Mengandung Etilen Oksida di Taiwan Bukan Ekspor Resmi

Meski gas etilen oksida diharapkan langsung menguap setelah digunakan dalam proses fumigasi, kenyataannya tidak selalu demikian. Gas ini bisa bereaksi dengan air dan kandungan garam alami yang terdapat pada bahan pangan.

Reaksi tersebut menghasilkan senyawa turunan bernama 2-Chloroethanol (2-CE). Berbeda dengan etilen oksida yang cepat menghilang, 2-CE jauh lebih stabil dan dapat bertahan lebih lama dalam makanan.

"2-CE inilah yang sering menjadi penanda (marker) bahwa suatu produk telah difumigasi dengan etilen oksida, karena lebih stabil dan bertahan lebih lama dalam makanan daripada etilen oksida itu sendiri," jelas Sri.

Baca juga: Apa Itu Etilen Oksida di Indomie Soto Banjar yang Ditemukan di Taiwan?

Larangan penggunaan Etilen oksida di berbagai negara

Penggunaan Etilen oksida diketahui sudah dilarang di beberapa negara. Di Jerman, dengan alasan toksikologis, penggunaan etilen oksida sebagai fumigan makanan sudah dilarang sejak 1981. 

Pada 1991, penggunaan Etilen oksida sebagai pestisida dilarang sepenuhnya di seluruh Uni Eropa dan dikategorikan sebagai karsinogen dan mutagen. 

Halaman:


Terkini Lainnya
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
Tren
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
Tren
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Tren
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Tren
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
Tren
Kisah Bayi '7-Eleven' yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Kisah Bayi "7-Eleven" yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Tren
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Tren
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Tren
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Tren
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Tren
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
Tren
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Tren
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau