Prabowo bakal menerima daftar puluhan nama tokoh yang diusulkan setelah Tim Dewan Gelar menyelesaikan sidang penentuan yang membahas 40 nama calon pahlawan yang diusulkan oleh Kemensos.
"Nanti dari kami yang akan merekomendasikan, tetapi ujungnya tergantung juga pada hak prerogatif dari Presiden," ucapnya.
Fadli mengatakan, meskipun ada tenggat waktu dalam proses pencalonan, dia berharap dapat selesai tepat di Hari Pahlawan, 10 November 2025.
"Tergantung nanti karena satu per satu nama akan kami bahas, 40-40-nya akan kita bahas sambil berjalan. Biasanya, penentuannya itu menjelang Hari Pahlawan, hari pahlawan tanggal 10 November," ujarnya.
Baca juga: Hari Kartini, Ini Daftar Pahlawan Nasional Wanita dengan Nilai Serupa
Meski begitu, usulan tokoh pahlawan nasional menuai pro dan kontra, terutama tokoh Presiden kedua RI, Soeharto.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Dimas Bagus Arya menilai, pengusulan Soeharto menjadi pahlawan nasional sarat politik karena Prabowo sendiri merupakan mantan menantu Soeharto.
Dia juga menilai, Presiden Soeharto tak pantas mendapat gelar pahlawan.
Alasannya menurut Dimas, selama 32 tahun rezim Orde Baru berkuasa, ada banyak sekali kekerasan dan kejahatan hak asasi manusia yang terjadi.
"Kami kecewa karena di Pasal 2 itu ada tentang kemanusiaan yang mana kalau kita lihat rekam jejaknya Pak Harto dalam urusan kemanusiaan patut dipertanyakan," ungkapnya, dikutip dari Kompas.id.
Tak hanya persoalan HAM, Soeharto juga pernah didaulat sebagai pemimpin negara terkorup di dunia oleh sejumlah lembaga dan media, seperti Transparency International, Bank Dunia, dan PPB di dalam berkas berjudul ”Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative”, hingga majalah Time.
Hal ini dinilai akan merugikan bangsa Indonesia dan bertentangan dengan konteks pemberian gelar pahlawan nasional.
"Dia tidak meninggalkan suri teladan,” ucap Dimas.
Sementara itu, keluarga mendiang Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengaku mengapresiasi usulan nama Gus Dur dalam daftar tokoh penerima gelar pahlawan nasional.
Putri sulung Gus Dur, Alissa Wahid memastikan, pihak keluarga tidak pernah mengusulkan nama Gus Dur masuk ke dalam jajaran pahlawan nasional.
"Keluarga selama ini tidak pernah mengajukan (gelar pahlawan nasional). Kalau ada kelompok masyarakat atau pemerintah yang mengajukan, kami menghargai bentuk penghormatan ini," kata dia, dikutip dari Kompas.com, Rabu.
(Sumber: Kompas.com/ Firda Janati | Editor: Danu Damarjati).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang