YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Dugaan kasus perundungan menimpa seorang siswi kelas VII di SMP Negeri di Kapanewon Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Peristiwa ini mencuat setelah sang ibu, C. Sri Kusmiyati, mengungkapkan bahwa anaknya mengalami perlakuan tidak menyenangkan hingga trauma dan enggan kembali ke sekolah.
Kusmiyati menjelaskan bahwa anaknya diduga dirundung dan dipukul oleh kakak kelas karena dicurigai mencuri uang di kantin sekolah.
Padahal, menurut pengakuan sang anak, ia telah lebih dulu memberi tahu penjaga kantin bahwa akan mengambil uang yang tertinggal.
“Trauma tidak mau sekolah lagi, takut anak saya,” ujar Kusmiyati, Kamis (25/4/2025).
Baca juga: Remaja 13 Tahun Ditetapkan sebagai ABH dalam Kasus Perundungan di Pringsewu
Informasi soal perundungan itu awalnya tidak diketahui langsung dari sang anak, melainkan dari wali murid lainnya.
Setelah itu, Kusmiyati membawa anaknya ke rumah sakit untuk visum, karena sempat mengeluh sakit perut akibat dugaan pemukulan.
“Saya kecewa tidak ada pemberitahuan dari sekolah terkait peristiwa ini,” lanjutnya.
Menanggapi laporan tersebut, Plt Kepala SMP N 1 Playen, Tumijo, menyatakan pihaknya baru mendapatkan informasi soal dugaan perundungan pada hari itu.
Ia mengakui telah mengadakan pertemuan awal dengan orang tua korban dan akan mengupayakan mediasi antara pihak-pihak terkait.
“Karena ini belum ada kesinkronan dari kedua belah pihak, sekolah akan menindaklanjuti sebaiknya, memediasi mereka. Baik yang dianggap pelaku, dan korban perundungan, harapannya mereka jujur,” jelas Tumijo.
Baca juga: Saat Warga Sukabumi Datangi Rumah Dinas Dedi Mulyadi di Bandung, Adukan Perundungan Anaknya...
Tumijo berharap masalah ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan, dan anak-anak yang terlibat bisa tetap melanjutkan kegiatan belajar di sekolah.
Ia menyebut bahwa butuh pendekatan lebih dalam untuk menggali pengakuan dari anak-anak, karena umumnya mereka sulit terbuka.
“Memang agak sulit menanyakan pengakuan anak secara langsung,” katanya.
Pihak sekolah, menurut Tumijo, telah memiliki tim anti-perundungan dan rutin melakukan apel tiga kali seminggu dengan penekanan pada nilai-nilai antiperundungan.
“Sekolah anaknya banyak, kadang kecil (perundungan kecil), kenapa tidak tahu? Karena anak tidak melaporkan. Yang paling banyak anak memanggil nama orang tuanya, itu juga masuk perundungan,” jelasnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini