Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Perundungan Terjadi di SMP Negeri Gunungkidul, Siswa Tidak Mau sekolah

Kompas.com - 24/04/2025, 15:29 WIB
Markus Yuwono,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Dugaan kasus perundungan menimpa seorang siswi kelas VII di SMP Negeri di Kapanewon Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Peristiwa ini mencuat setelah sang ibu, C. Sri Kusmiyati, mengungkapkan bahwa anaknya mengalami perlakuan tidak menyenangkan hingga trauma dan enggan kembali ke sekolah.

Kusmiyati menjelaskan bahwa anaknya diduga dirundung dan dipukul oleh kakak kelas karena dicurigai mencuri uang di kantin sekolah.

Padahal, menurut pengakuan sang anak, ia telah lebih dulu memberi tahu penjaga kantin bahwa akan mengambil uang yang tertinggal.

“Trauma tidak mau sekolah lagi, takut anak saya,” ujar Kusmiyati, Kamis (25/4/2025).

Baca juga: Remaja 13 Tahun Ditetapkan sebagai ABH dalam Kasus Perundungan di Pringsewu

Informasi soal perundungan itu awalnya tidak diketahui langsung dari sang anak, melainkan dari wali murid lainnya.

Setelah itu, Kusmiyati membawa anaknya ke rumah sakit untuk visum, karena sempat mengeluh sakit perut akibat dugaan pemukulan.

“Saya kecewa tidak ada pemberitahuan dari sekolah terkait peristiwa ini,” lanjutnya.

Sekolah Upayakan Mediasi

Menanggapi laporan tersebut, Plt Kepala SMP N 1 Playen, Tumijo, menyatakan pihaknya baru mendapatkan informasi soal dugaan perundungan pada hari itu.

Ia mengakui telah mengadakan pertemuan awal dengan orang tua korban dan akan mengupayakan mediasi antara pihak-pihak terkait.

“Karena ini belum ada kesinkronan dari kedua belah pihak, sekolah akan menindaklanjuti sebaiknya, memediasi mereka. Baik yang dianggap pelaku, dan korban perundungan, harapannya mereka jujur,” jelas Tumijo.

Baca juga: Saat Warga Sukabumi Datangi Rumah Dinas Dedi Mulyadi di Bandung, Adukan Perundungan Anaknya...

Tumijo berharap masalah ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan, dan anak-anak yang terlibat bisa tetap melanjutkan kegiatan belajar di sekolah.

Ia menyebut bahwa butuh pendekatan lebih dalam untuk menggali pengakuan dari anak-anak, karena umumnya mereka sulit terbuka.

“Memang agak sulit menanyakan pengakuan anak secara langsung,” katanya.

Program Anti-Perundungan Sekolah

Pihak sekolah, menurut Tumijo, telah memiliki tim anti-perundungan dan rutin melakukan apel tiga kali seminggu dengan penekanan pada nilai-nilai antiperundungan.

“Sekolah anaknya banyak, kadang kecil (perundungan kecil), kenapa tidak tahu? Karena anak tidak melaporkan. Yang paling banyak anak memanggil nama orang tuanya, itu juga masuk perundungan,” jelasnya.

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Pesan Haedar Nashir ke Menteri Baru: Belajarlah Empati dan Peduli pada Rakyat
Pesan Haedar Nashir ke Menteri Baru: Belajarlah Empati dan Peduli pada Rakyat
Yogyakarta
Efek Sultan HB X Temui Aksi Massa, Okupansi Hotel Yogyakarta Tembus 70 Persen
Efek Sultan HB X Temui Aksi Massa, Okupansi Hotel Yogyakarta Tembus 70 Persen
Yogyakarta
Seluruh Pasien Korban Kericuhan Yogyakarta di RSUP Sardjito Sudah Dipulangkan
Seluruh Pasien Korban Kericuhan Yogyakarta di RSUP Sardjito Sudah Dipulangkan
Yogyakarta
Anggota DPRD DIY Terima Tunjangan Rumah Rp 27,5 Juta per Bulan
Anggota DPRD DIY Terima Tunjangan Rumah Rp 27,5 Juta per Bulan
Yogyakarta
Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, PN Bantul Gelar Sidang Perdana dengan 7 Terdakwa
Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, PN Bantul Gelar Sidang Perdana dengan 7 Terdakwa
Yogyakarta
Pengendara Sepeda Ontel Tewas Jadi Korban Tabrak Lari di Jalan Parangtritis Bantul
Pengendara Sepeda Ontel Tewas Jadi Korban Tabrak Lari di Jalan Parangtritis Bantul
Yogyakarta
Modus Beli Daun Sirsak Rp 3.000 Per Lembar, Uang Rp 1,5 Juta Milik Warga Bantul Malah Raib
Modus Beli Daun Sirsak Rp 3.000 Per Lembar, Uang Rp 1,5 Juta Milik Warga Bantul Malah Raib
Yogyakarta
Setelah Mengeluh Sapinya Mati, Seorang Nenek di Kulon Progo Ditemukan Tewas Gantung Diri
Setelah Mengeluh Sapinya Mati, Seorang Nenek di Kulon Progo Ditemukan Tewas Gantung Diri
Yogyakarta
Hanya Lulus SMA dan Modal Rp 15 Juta, Nizar Bawazier Berhasil Bangun Importa Jadi Raja Lemari Besi
Hanya Lulus SMA dan Modal Rp 15 Juta, Nizar Bawazier Berhasil Bangun Importa Jadi Raja Lemari Besi
Yogyakarta
Libur Panjang Maulid Nabi, KAI Daop 6 Yogyakarta Angkut 143.565 Penumpang
Libur Panjang Maulid Nabi, KAI Daop 6 Yogyakarta Angkut 143.565 Penumpang
Yogyakarta
Rumah Kosong Ditinggal Dua Tahun di Kulon Progo Dikuras Maling
Rumah Kosong Ditinggal Dua Tahun di Kulon Progo Dikuras Maling
Yogyakarta
Delapan Rekor Nasional Tercipta di LPS Kejurnas Atletik & Indonesia U18 Open Championships 2025
Delapan Rekor Nasional Tercipta di LPS Kejurnas Atletik & Indonesia U18 Open Championships 2025
Yogyakarta
Jejak Banon Prosesi Sekaten 8 Tahun Sekali
Jejak Banon Prosesi Sekaten 8 Tahun Sekali
Yogyakarta
Tunjangan Perumahan Rp 47-79 Juta Per Bulan, Ketua DPRD Jateng: Evaluasi, Kunjungan Luar Negeri Dihapus
Tunjangan Perumahan Rp 47-79 Juta Per Bulan, Ketua DPRD Jateng: Evaluasi, Kunjungan Luar Negeri Dihapus
Yogyakarta
Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Gunungan Brama Keluar 8 Tahun Sekali
Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Gunungan Brama Keluar 8 Tahun Sekali
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau