BATAM, KOMPAS.com - Menteri Transmigrasi RI, Iftitah Sulaiman Suryanegara, membantah isu bahwa lahan permukiman bagi warga terdampak relokasi Rempang Eco City akan digunakan sementara bagi 2.000 warga Gaza Palestina yang akan dievakuasi ke Kota Batam, Kepulauan Riau.
Iftitah menyebut hal itu setelah penyerahan Sertifikat Hak Milik (SHM) bagi 162 warga penerima manfaat Rempang Eco City di kawasan Tanjung Banon, Selasa (12/8/2025) kemarin.
Iftitah menuturkan bahwa kawasan Tanjung Banon saat ini difokuskan bagi program transmigrasi terintegrasi yang dicanangkannya.
Baca juga: Pulau Galang Lokasi Pengobatan Warga Gaza Palestina, Pemprov Kepri: Bukan Pelemahan Perjuangan
"Saya pastikan di sini (Tanjung Banon, Rempang) insya Allah tidak ya," tegas Iftitah.
Namun, Iftitah meminta untuk memastikan hal tersebut kepada kementerian terkait yang menangani pengobatan warga Gaza, Palestina, di Pulau Galang.
"Saya tidak dapat informasi apa pun. Nanti kementerian terkait yang mungkin bisa menjelaskan," ujarnya.
Terpisah, Wali Kota Batam sekaligus Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Amsakar Achmad, juga menyebut hal serupa.
Saat ini, pihaknya belum menerima informasi tersebut.
Terkait situasi di kawasan relokasi bagi warga terdampak, Amsakar hanya menyebut bahwa saat ini seluruh warga telah menerima SHM sesuai dengan permintaan warga terkait kepastian hukum setelah relokasi.
Baca juga: Nyatakan Siap Bantu Pengobatan, Pemprov Kepri Juga Minta Petunjuk Teknis Pemulangan Warga Gaza
"Total 162 KK sudah menerima SHM, kemarin yang diserahkan oleh Pak Menteri ada 94 SHM. Kalau isu yang beredar, kami juga belum mendengar. Sementara kami di daerah masih menunggu juknis dari pusat," ujarnya melalui sambungan telepon, Rabu (13/7/2025).
Dalam penyerahan SHM yang berlangsung kemarin, Amsakar menyinggung mengenai permintaan warga agar mengubah nama Tanjung Banon menjadi Kampung Rempang Eco City.
Amsakar menyebut penyematan nama Rempang Eco City sebagai nama salah satu kampung di Pulau Rempang kurang cocok.
Amsakar menegaskan bahwa dalam peta dan perencanaan pemerintah, nama resmi kawasan tersebut adalah Tanjung Banon.
"Ya, itu biar mengalir saja. Biasanya yang booming selalu lebih diterima. Namun, menurut saya, yang berkaitan dengan tradisi adat istiadat di Tanjung Banon jauh lebih bisa diterima ketimbang Desa Rempang Eco City," tuturnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini