KOMPAS.com - Ada beragam tradisi menarik yang dilakukan pada saat Malam 1 Suro atau malam Tahun Baru Islam. Salah satunya yaitu menyantap bubur suran atau bubur suro bagi masyarakat di tanah Jawa.
Mengutip buku "Perayaan 1 Suro di Pulau Jawa" karya Julie Indah Rini (2010), bubur suro ialah makanan khas malam 1 suro yang disantap saat makan malam bersama keluarga.
Bubur suro ini dibuat dari campuran bubur putih, kedelai hitam yang digoreng, telur ayam kampung yang digoreng dadar lalu diiris-iris, lalu disajikan dengan taburan serundeng kelapa, dan rujak degan.
Umumnya, pada saat momen tersebut, di setiap rumah akan dipasang sehelai janur kuning di atas pintu masuk.
Baca juga:
Menyantap bubur suro saat malam 1 Suro bermakna menunjukkan kerukunan berkeluarga. Serta rasa syukur bisa berkumpul menikmati hidangan enak meskipun sederhana.
Bubur putih dalam semangkuk bubur suro melambangkan kesucian jalan hidup yang dijalani. Sementara kedelai hitam yang digoreng melambangkan sikap hidup dan watak yang mituhu, yaitu selalu setiap untuk berbuat baik dan benar.
Berbuat baik dan benar yang dimaksud di sini yaitu diimplementasikan dengan cara mematuhi ajaran pinisepuh supaya anak cucu selalu berada di jalan yang diberkahi dan diperkenankan oleh Tuhan.
Serta, selalu berbudi pekerti dan memegang prinsip-prinsip tata krama dan tata susila dalam pergaulan.
Kemudian, telur ayam kamping yang digoreng dadar dan diiris-iris, melambangkan simbol dari hidup yang berkesinambungan. Dalam hal ini, dimaknai bahwa manusia hidup bersaudara, sebab setiap manusia berasal dari tempat yang sama.
Baca juga:
Tidak hanya itu, kondimen telur ini juga dimaknai sebagai bentuk adil dalam menikmati produk yang diberikan oleh alam.
Lalu, serundeng kelapa dalam semangkuk bubur suro merupakan petunjuk jelas supaya manusia mengikuti filosofi kelapa.
Sebagaimana yang diketahui, pohon kelapa tumbuh dimana-mana dengan mudah dan subur, serta mampu menyesuaikan dengan keadaan setempat, demikian pula manusia.
Tidak hanya itu, semua bagian dari pohon kelapa juga berguna, baik dari buahnya, serabutnya, batangnya, lidinya, maupun daunnya.
Kemudian, rujak degan yang disantap bersama bubur suran melambangkan manusia wajib menjalani hidup dengan antusias, bekerja dengan baik, benar, dan giat.
Dalam artian, manusia berterimakasih kepada Tuhan, yang memberikan hidup dan menghidupi.
Sementara itu, janur kuning yang dipasang di atas pintu masuk setiap rumah melambangkan hidup yang sejati yang selalu dekat dengan Tuhan.
Baca juga:
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini