KOMPAS.com - Ruang bawah tanah bangunan ikonik Lawang Sewu di Semarang, Jawa Tengah, resmi dibuka untuk umum.
Menurut Direktur Operasi PT KAI Wisata, Wawan Ariyanto, pembukaan ruang bawah tanah ini bertujuan untuk menjawab rasa penasaran masyarakat.
Sejak pertama kali dibuka, jumlah pengunjung terus meningkat, bahkan mencapai 300 hingga 400 orang per hari.
Baca juga: Shin Tae-Yong Dipecat, Siapa Pelatih yang Pantas Asuh Timnas Indonesia?
“Biasanya orang Indonesia suka hal-hal yang mistis, dan itu salah satu daya tarik Lawang Sewu. Tapi dari sisi keamanan, semuanya sudah aman. Ini supaya pengunjung tidak penasaran lagi. Lawang Sewu kini terasa lebih lengkap dengan akses ke bungker bawah tanahnya,” ungkap Wawan, dilansir dari KompasTv.
Baca juga: Basement Lawang Sewu Semarang Dibuka Kembali, Ini Paket Wisatanya
Pintu yang berjejer dengan jumlah banyak di Lawang Sewu, Kota Semarang.Ruang bawah tanah Lawang Sewu memiliki nilai sejarah yang penting. Dahulu, ruangan ini digunakan sebagai saluran air dan penjara.
Arsitektur khas kolonial yang memadukan fungsi dan estetika menjadi daya tarik tersendiri.
Dilansir dari kanal Stori Kompas.com, Lawang Sewu dibangun sebagai Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta zaman Belanda atau Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
Seiring berjalannya waktu, dan bertambah jumlah pegawai NIS, maka diputuskan membangun kantor administrasi baru di Semarang dengan lokasi di Jalan Pemuda.
Baca juga: Lawang Sewu Semarang Adakan Tur Malam 2024, Berikut Paketnya
Lawang Sewu dirancang oleh arsitek asal Belanda, Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag. Bangunan Lawang Sewu dirancang memiliki jendela dan pintu yang sangat banyak sebagai sistem sirkulasi udara.
Jumlah pintunya yang sangat banyak itu akhirnya masyarakat menganggap jumlahnya seribu sehingga disebut sebagai Lawang Sewu.
Selain jumlah pintunya, keunikan Lawang Sewu juga terletak pada ornamen kaca patri yang menceritakan banyak hal bersejarah.
Seperti kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia (Jakarta), dan kejayaan kereta api.
Dibangun sebagai Kantor Pusat Administrasi NIS, Lawang Sewu merupakan bukti awal sejarah perkembangan perkeretaapian di Indonesia.
Tangkapan layar pemandu tur virtual Lawang Sewu, Andre, tengah menjelaskan fungsi loket tersebut pada saat Belanda masih menduduki gedung tersebut. Andre menjabarkan penjelasan tersebut melalui tur virtual yang diadakan oleh PT Kereta Api Pariwisata (Kawisata) pada Kamis (23/4/2020).Sebelum memasuki ruang bawah tanah, pengunjung diwajibkan mengenakan alat pelindung diri (APD) seperti sepatu boot, helm, dan rompi untuk menjaga keselamatan.
Selama 15 menit menjelajahi ruang bawah tanah, mereka akan didampingi oleh pemandu yang menjelaskan sejarah dan fungsi ruangan ini pada masa penjajahan Belanda.
Kenzo, seorang pengunjung asal Jakarta, mengaku terkesan dengan wisata ini., dilansir dari KompasTV.
“Di dalam ada pipa air, pintu dari zaman Belanda yang mirip penjara, dan penjara jongkok. Genangan air sepanjang jalan dan atap yang semakin pendek menambah sensasi unik,” ujar Kenzo.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang