Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Dinamakan Solo? Ini Sejarah dan Asal-usul Kota Surakarta

Kompas.com - 24/09/2025, 15:00 WIB
Tri Indriawati

Editor

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Kota Surakarta di Jawa Tengah lebih populer dikenal dengan nama Solo.

Namun, tak sedikit orang yang masih bingung, apakah Sala, Solo, dan Surakarta adalah tiga tempat berbeda atau hanya sebutan lain dari kota yang sama.

Sejarah panjang kota ini menjelaskan bahwa ketiga nama tersebut merujuk pada satu wilayah, tetapi dengan konteks yang berbeda.

Baca juga: Kepsek Tegaskan Gibran Bukan Lulusan SMA Santo Yosef Solo, Daftar Pun Tidak Pernah

Lahirnya Kota Surakarta dari Peristiwa Geger Pecinan

Asal-usul Kota Surakarta berawal dari runtuhnya Keraton Kartasura akibat Geger Pecinan pada 1743, yaitu pemberontakan etnis Tionghoa dan Jawa yang dipimpin Sunan Kuning melawan Pakubuwono II.

Karena keraton hancur dan diyakini sudah tidak bertuah, Pakubuwono II memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Desa Sala, sebuah lokasi strategis di tepi Sungai Bengawan Solo.

“Pakubuwono menganggap kerajaan di Kartasura sudah tidak bertuah, sehingga kemudian dipindahkan ke arah timur yaitu di pinggir (sungai) Bengawan Solo,” ujar Prof. Dr. Bani Sudardi, pengamat budaya dari Universitas Sebelas Maret (UNS), dikutip dari Kompas.com.

Proses pemindahan ini dikenal dengan nama Boyong Kedaton dan berlangsung pada 17 Februari 1745. Peristiwa tersebut menjadi penanda resmi lahirnya Kota Surakarta.

Dari Desa Sala Menjadi Solo

Desa Sala yang menjadi lokasi keraton kemudian berkembang menjadi kota besar.

Secara resmi, keraton baru diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat.

Namun, nama “Solo” justru lebih populer dalam percakapan sehari-hari.

“Pada awalnya nama yang benar adalah Sala. Itu nama yang punya sejarah panjang. Jadi, Kota Solo yang sekarang kita kenal itu awalnya dari sebuah perpindahan kerajaan dari Kartasura ke Surakarta (Desa Sala) tahun 1745,” kata Prof. Warto, sejarawan Fakultas Ilmu Budaya UNS.

Seiring waktu, pengaruh kolonial Belanda ikut mengubah pelafalan.

“Orang Belanda susah menyebut Sala, sehingga berubah menjadi Solo,” jelas Prof. Warto.

Dalam aksara Jawa, perbedaan antara huruf a dan o cukup signifikan.

“Kalau Sala ditulis dengan huruf Jawa nglegena atau telanjang. Kalau di-taling-tarung jadi ‘o’ makanya So–lo gitu,” tambahnya.

Museum Keraton Surakarta Hadiningrat atau Museum Keraton Kasunanan Surakarta 
pariwisatasolo.surakarta.go.id Museum Keraton Surakarta Hadiningrat atau Museum Keraton Kasunanan Surakarta

Halaman:


Terkini Lainnya
Tasikmalaya Salah Satu Wilayah dengan Curah Hujan Tertinggi di Indonesia pada Awal November 2025
Tasikmalaya Salah Satu Wilayah dengan Curah Hujan Tertinggi di Indonesia pada Awal November 2025
Jawa Barat
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Jawa Tengah
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Jawa Barat
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Jawa Barat
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
Banten
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Sumatera Utara
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Jawa Timur
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
Sumatera Selatan
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Jawa Barat
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Jawa Barat
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Sulawesi Selatan
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Kalimantan Barat
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Jawa Tengah
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Jawa Tengah
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
Banten
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau