YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Lebih dari 50 warga yang tinggal di kawasan Pantai Sanglen, Tanjungsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeklaim bahwa aktivitas mereka di pantai tersebut terancam akibat rencana investasi yang sedang dibahas.
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, menanggapi klaim tersebut dengan menyebut bahwa sebagian besar warga yang kini menetap di lokasi tersebut baru datang setelah munculnya kabar mengenai rencana investasi.
"Saya sering datang ke sana, bahkan malam hari. Biasanya hanya satu orang yang menetap. Tapi setelah isu investasi muncul, justru banyak yang datang dan mulai menempati wilayah itu," ungkap Endah dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Rabu (30/7/2025).
Baca juga: Bupati Gunungkidul Minta Inspektorat Sidak ASN, Buntut Pegawai Puskesmas Latihan Karaoke
Salah seorang warga setempat, Bowo, menyatakan bahwa sedikitnya 56 orang menggantungkan hidup di kawasan Pantai Sanglen melalui berbagai aktivitas, seperti berjualan minuman, makanan, dan persewaan tenda.
Ia menambahkan bahwa warga juga mengolah lahan di sekitar lokasi untuk pertanian.
"Warga juga mencari rumput laut saat air surut dan memancing. Jika ada investor, mungkin kami tidak bisa lagi melakukan itu. Kami harus mencari makan ke mana?" keluh Bowo.
Selama satu dekade terakhir, kawasan selatan Gunungkidul mengalami peningkatan kunjungan pariwisata.
Baca juga: Wanita Asal Jakarta yang Hilang di Pantai Siung Gunungkidul Membawa Pelampung
Warga setempat berupaya untuk mengais rezeki dari potensi wisata pantai dengan bergotong royong membangun jalan dan membersihkan area agar Pantai Sanglen dapat dikunjungi.
Namun, mereka kini menghadapi ancaman penggusuran.
"Enggak ada masyarakat tidak ada sosialisasi, jadi warga yang sudah menempati sudah dikasih surat edaran kalau tidak dikosongkan sekitar tahun 2022," kata Bowo menambahkan.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga yang telah bertahun-tahun tinggal dan bekerja di kawasan tersebut.
Sebelumnya, warga di kawasan Pantai Sanglen, Gunungkidul, menolak rencana pengosongan lahan yang disebut-sebut akan digunakan untuk pembangunan hotel.
Mereka mengeklaim sudah turun-temurun tinggal dan menggantungkan hidup di sana. Gubernur DIY Sri Sultan HB X menyarankan agar dilakukan dialog, termasuk kemungkinan pemberian pesangon jika warga tak punya hak atas tanah.
Salah satu warga Hendro mengatakan dari puluhan tahun lalu leluhurnya telah memanfaatkan kawasan Pantai Sanglen.
Pemanfaatan digunakan pertanian dan peternakan, lalu beralih ke wisata.
Baca juga: Minta Warga Segera Kosongkan Pantai Sanglen, Bupati Gunungkidul: Ikhlas Taati Aturan...
“Sejak puluhan tahun dari zaman kakek dan nenek kami, Sanglen sudah dimanfaatkan untuk pertanian dan peternakan. Kemudian berdagang untuk kemajuan pariwisata di Gunungkidul. Tiba-tiba Pada tahun 2025 warga mendapat surat pemberitahuan pengosongan lahan," ujarnya dari keterangan tertulis yang disampaikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Selasa (29/7/2025).
Ia menambahkan sebagai warga hanya ingin mencari nafkah dengan cara memanfaatkan kawasan Pantai Sanglen.
"Kami, warga, hanya ingin dapat memanfaatkan dan mencari nafkah tapi justru dihadapkan dengan situasi adanya upaya pengosongan lahan yang telah lama kami manfaatkan,” jelas dia.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini