Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Klaim Tempati Pantai Sanglen Puluhan Tahun, Bupati Gunungkidul: Ramai Justru Setelah Ada Isu Investasi

Kompas.com - 30/07/2025, 11:21 WIB
Markus Yuwono,
Krisiandi

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Lebih dari 50 warga yang tinggal di kawasan Pantai Sanglen, Tanjungsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeklaim bahwa aktivitas mereka di pantai tersebut terancam akibat rencana investasi yang sedang dibahas.

Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, menanggapi klaim tersebut dengan menyebut bahwa sebagian besar warga yang kini menetap di lokasi tersebut baru datang setelah munculnya kabar mengenai rencana investasi.

"Saya sering datang ke sana, bahkan malam hari. Biasanya hanya satu orang yang menetap. Tapi setelah isu investasi muncul, justru banyak yang datang dan mulai menempati wilayah itu," ungkap Endah dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Rabu (30/7/2025).

Baca juga: Bupati Gunungkidul Minta Inspektorat Sidak ASN, Buntut Pegawai Puskesmas Latihan Karaoke

Salah seorang warga setempat, Bowo, menyatakan bahwa sedikitnya 56 orang menggantungkan hidup di kawasan Pantai Sanglen melalui berbagai aktivitas, seperti berjualan minuman, makanan, dan persewaan tenda.

Ia menambahkan bahwa warga juga mengolah lahan di sekitar lokasi untuk pertanian.

"Warga juga mencari rumput laut saat air surut dan memancing. Jika ada investor, mungkin kami tidak bisa lagi melakukan itu. Kami harus mencari makan ke mana?" keluh Bowo.

Selama satu dekade terakhir, kawasan selatan Gunungkidul mengalami peningkatan kunjungan pariwisata.

Baca juga: Wanita Asal Jakarta yang Hilang di Pantai Siung Gunungkidul Membawa Pelampung

Warga setempat berupaya untuk mengais rezeki dari potensi wisata pantai dengan bergotong royong membangun jalan dan membersihkan area agar Pantai Sanglen dapat dikunjungi.

Namun, mereka kini menghadapi ancaman penggusuran.

"Enggak ada masyarakat tidak ada sosialisasi, jadi warga yang sudah menempati sudah dikasih surat edaran kalau tidak dikosongkan sekitar tahun 2022," kata Bowo menambahkan.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga yang telah bertahun-tahun tinggal dan bekerja di kawasan tersebut.

Warga tolak kosongkan

Sebelumnya, warga di kawasan Pantai Sanglen, Gunungkidul, menolak rencana pengosongan lahan yang disebut-sebut akan digunakan untuk pembangunan hotel.

Mereka mengeklaim sudah turun-temurun tinggal dan menggantungkan hidup di sana. Gubernur DIY Sri Sultan HB X menyarankan agar dilakukan dialog, termasuk kemungkinan pemberian pesangon jika warga tak punya hak atas tanah.

Salah satu warga Hendro mengatakan dari puluhan tahun lalu leluhurnya telah memanfaatkan kawasan Pantai Sanglen.

Pemanfaatan digunakan pertanian dan peternakan, lalu beralih ke wisata.

Baca juga: Minta Warga Segera Kosongkan Pantai Sanglen, Bupati Gunungkidul: Ikhlas Taati Aturan...

“Sejak puluhan tahun dari zaman kakek dan nenek kami, Sanglen sudah dimanfaatkan untuk pertanian dan peternakan. Kemudian berdagang untuk kemajuan pariwisata di Gunungkidul. Tiba-tiba Pada tahun 2025 warga mendapat surat pemberitahuan pengosongan lahan," ujarnya dari keterangan tertulis yang disampaikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Selasa (29/7/2025).

Ia menambahkan sebagai warga hanya ingin mencari nafkah dengan cara memanfaatkan kawasan Pantai Sanglen.

"Kami, warga, hanya ingin dapat memanfaatkan dan mencari nafkah tapi justru dihadapkan dengan situasi adanya upaya pengosongan lahan yang telah lama kami manfaatkan,” jelas dia.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Pesan Haedar Nashir ke Menteri Baru: Belajarlah Empati dan Peduli pada Rakyat
Pesan Haedar Nashir ke Menteri Baru: Belajarlah Empati dan Peduli pada Rakyat
Yogyakarta
Efek Sultan HB X Temui Aksi Massa, Okupansi Hotel Yogyakarta Tembus 70 Persen
Efek Sultan HB X Temui Aksi Massa, Okupansi Hotel Yogyakarta Tembus 70 Persen
Yogyakarta
Seluruh Pasien Korban Kericuhan Yogyakarta di RSUP Sardjito Sudah Dipulangkan
Seluruh Pasien Korban Kericuhan Yogyakarta di RSUP Sardjito Sudah Dipulangkan
Yogyakarta
Anggota DPRD DIY Terima Tunjangan Rumah Rp 27,5 Juta per Bulan
Anggota DPRD DIY Terima Tunjangan Rumah Rp 27,5 Juta per Bulan
Yogyakarta
Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, PN Bantul Gelar Sidang Perdana dengan 7 Terdakwa
Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, PN Bantul Gelar Sidang Perdana dengan 7 Terdakwa
Yogyakarta
Pengendara Sepeda Ontel Tewas Jadi Korban Tabrak Lari di Jalan Parangtritis Bantul
Pengendara Sepeda Ontel Tewas Jadi Korban Tabrak Lari di Jalan Parangtritis Bantul
Yogyakarta
Modus Beli Daun Sirsak Rp 3.000 Per Lembar, Uang Rp 1,5 Juta Milik Warga Bantul Malah Raib
Modus Beli Daun Sirsak Rp 3.000 Per Lembar, Uang Rp 1,5 Juta Milik Warga Bantul Malah Raib
Yogyakarta
Setelah Mengeluh Sapinya Mati, Seorang Nenek di Kulon Progo Ditemukan Tewas Gantung Diri
Setelah Mengeluh Sapinya Mati, Seorang Nenek di Kulon Progo Ditemukan Tewas Gantung Diri
Yogyakarta
Hanya Lulus SMA dan Modal Rp 15 Juta, Nizar Bawazier Berhasil Bangun Importa Jadi Raja Lemari Besi
Hanya Lulus SMA dan Modal Rp 15 Juta, Nizar Bawazier Berhasil Bangun Importa Jadi Raja Lemari Besi
Yogyakarta
Libur Panjang Maulid Nabi, KAI Daop 6 Yogyakarta Angkut 143.565 Penumpang
Libur Panjang Maulid Nabi, KAI Daop 6 Yogyakarta Angkut 143.565 Penumpang
Yogyakarta
Rumah Kosong Ditinggal Dua Tahun di Kulon Progo Dikuras Maling
Rumah Kosong Ditinggal Dua Tahun di Kulon Progo Dikuras Maling
Yogyakarta
Delapan Rekor Nasional Tercipta di LPS Kejurnas Atletik & Indonesia U18 Open Championships 2025
Delapan Rekor Nasional Tercipta di LPS Kejurnas Atletik & Indonesia U18 Open Championships 2025
Yogyakarta
Jejak Banon Prosesi Sekaten 8 Tahun Sekali
Jejak Banon Prosesi Sekaten 8 Tahun Sekali
Yogyakarta
Tunjangan Perumahan Rp 47-79 Juta Per Bulan, Ketua DPRD Jateng: Evaluasi, Kunjungan Luar Negeri Dihapus
Tunjangan Perumahan Rp 47-79 Juta Per Bulan, Ketua DPRD Jateng: Evaluasi, Kunjungan Luar Negeri Dihapus
Yogyakarta
Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Gunungan Brama Keluar 8 Tahun Sekali
Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Gunungan Brama Keluar 8 Tahun Sekali
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau