Panti Baca Ceria pernah menerima penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Sumedang pada 2019 dan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kreatif-Rekreatif pada 2020.
Pada 2023, film pendek karyanya masuk sebagai finalis terbaik dalam Apresiasi Kreasi Indonesia Kemenparekraf.
Kini, ia juga membawa literasi ke platform digital dengan mengalihwahanakan buku anak menjadi konten membaca nyaring di YouTube, Instagram, dan Spotify.
"Literasi harus menjangkau siapa pun, termasuk mereka yang tak sempat datang ke perpustakaan,” ujarnya.
Dengan kehadiran putra pertamanya, Apta Praditya Mahardika, pada Agustus 2024, Ipul semakin bertekad menjadikan literasi sebagai warisan keluarga.
"Saya ingin anak-anak, termasuk anak saya sendiri, tumbuh dengan buku. Dunia mereka akan luas meski tinggal di kota kecil,” harapnya.
Ipul Saepulloh tidak hanya ingin Panti Baca Ceria menjadi taman bacaan.
Ia membayangkan tempat tersebut berevolusi menjadi pusat budaya, ruang diskusi, bahkan laboratorium digital.
Ia berharap pemerintah memberikan dukungan lebih besar bagi pustakawan komunitas, bukan hanya dalam bentuk aturan, tetapi juga kesejahteraan.
"Menghargai pustakawan berarti menghargai akses pengetahuan,” tutupnya.
Dengan semangat yang membara, Ipul Saepulloh adalah lilin kecil di Sumedang yang yakin bahwa api literasi tak boleh padam.
Baginya, setiap buku bisa menjadi cahaya, dan bila cahaya-cahaya kecil itu dikumpulkan, kelak mampu menerangi dunia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang