Penulis: Hans Pfeiffer/DW Indonesia
KOMPAS.com - Adolf Hitler masih "hidup", setidaknya di dunia maya. Siapa pun yang mengetikkan "Hitler" di platform X milik Elon Musk, akan segera disuguhi unggahan terbaru: Foto-foto Hitler, meme, simbol swastika, bahkan slogan "Heil Hitler".
Kelompok pendukung antisemitisme, rasisme, penganut teori konspirasi, pendukung antidemokrasi dan pengagum Hitler, terus menyebarkan racun ideologis mereka di manan-mana: di Jerman, Eropa, Amerika Serikat (AS), Amerika Latin, Timur Tengah, hingga India.
Diktator Jerman itu telah mati 80 tahun lalu, namun bisnis dengan memakai nama Adof Hitler si pelaku pembantaian massal itu, hingga kini masih tetap menguntungkan. Toko buku antik di seluruh dunia masih menjual edisi lama buku Mein Kampf dengan harga tinggi.
Edisi bahasa Jerman biasanya dibanderol sekitar 250 euro (Rp 4,7 juta), versi bahasa Spanyol berjudul Mi Lucha dipatok seharga lebih dari 300 euro (Rp 5,6 juta), dan edisi bahasa Inggris dengan judul My Struggle dijual hingga sekitar 600 dollar AS (Rp 9,7 juta)di beberapa toko daring.
Sementara itu, di pasar Mesir dan portal daring India, buku itu dapat ditemukan dengan harga jauh lebih murah.
Baca juga: Siapa JD Vance, Calon Wakil Trump yang Pernah Bandingkan Trump dengan Hitler?
Mein Kampf dianggap sebagai karya panduan ideologis, dimana Hitler menguraikan pandangan fanatiknya tentang dunia, antisemitisme brutalnya, dan penghinaan terhadap demokrasi dan keberagaman.
Semua itu dituangkan delapan tahun sebelum ia naik ke tampuk kekuasaan di Jerman pada 1933.
Dalam bukunya, Hitler mengangkat bangsa Jerman menjadi "ras manusia unggul". Bahkan jauh sebelum Perang Dunia II pecah, ia sudah bermimpi tentang "Jermanisasi" wilayah Eropa Timur dan pengusiran paksa jutaan orang.
Sejarawan Austria Othmar Plockinger menjelaskan, inti perjuangan Hitler sudah tersirat dalam judul Mein Kampf.
"Yang lebih kuatlah yang akan menang, ras yang lebih unggullah yang akan berkuasa. Bahkan dalam perebutan jabatan, yang menang adalah yang paling kuat kemauannya, paling tanpa belas kasihan, yang berasal dari ras atau kemampuan yang lebih unggul."
Baca juga: Dulu JD Vance Pernah Membandingkan Trump dengan Hitler
Plockinger adalah salah satu peneliti terkemuka tentang karya ini. Ia membantu menerbitkan edisi Mein Kampf yang benar-benar memiliki wawasan. Ini edisi yang sudah diedit ulang, yang menelaah secara rinci pikiran dan bahasa Hitler, kata demi kata, dalam 2.000 halaman.
Saat Mein Kampf pertama terbit pada 18 Juli 1925, kehadirannya jauh dari sensasi hebat. Ketika buku ini pertama kali diterbitkan, gaungnya tidak luar biasa.
Hitler saat itu adalah seorang pemberontak, yang baru menjalani hukuman penjara lebih dari satu tahun atas tuduhan makar. Gerakan nasional-sosialisnya masih kecil dan nyaris tanpa pengaruh berarti di Jerman maupun Austria. Bahkan, karier politiknya tampak akan segera kandas.
Pasar buku kala itu dipenuhi oleh banyak tulisan perjuangan nasionalis dan memoar penjara yang lebih dulu beredar. Isi Mein Kampf pun dirasa kurang orisinal, bahkan oleh banyak pengikutnya dianggap mengecewakan.