KOMPAS.com - Setiap tahun, para pemimpin dunia berkumpul untuk membahas strategi mengatasi perubahan iklim lewat Conference of Parties (COP), digelar oleh United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
Tahun ini, COP yang ke 30 rencananya akan diadakan di Belem, sebuah kota di kawasan Amazon, Brasil.
Koneferensi kali ini penting bukan hanya karena dampak iklim semakin parah, tetapi juga karena digelar di kawasan hutan. Brasil sendiri sedang mengalami deforestasi parah tahun 2024.
Namun, alih-alih fokus pada urusan inti konferensi, perhatian banyak negara kini justru tertuju pada masalah logistik, seperti tiket penerbangan ke Belem dan terutama akomodasi yang super mahal.
Negara-negara berkembang memperingatkan bahwa mereka tidak mampu membayar harga akomodasi di Belem, yang melonjak hingga 10-15 kali lipat akibat kurangnya jumlah kamar dan tingginya permintaan.
Pekan lalu, perwakilan dari beberapa negara mendesak Brasil untuk memindahkan konferensi dari Belem dalam pertemuan darurat di biro iklim PBB, kata Correa do Lago.
Desakan tersebut merupakan puncak dari kekhawatiran yang terus disuarakan oleh anggota sekretariat UNFCCC kepada Brasil selama beberapa bulan terakhir terkait harga dan ketersediaan akomodasi di Belem.
UNFCCC sendiri telah memberi saran kepada Brasil untuk mempertimbangkan unuk memindahkan sebagian acara COP30, seperti bagian pidato para pemimpin dunia, ke luar Belem guna mengurangi tekanan harga akomodasi.
Baca juga: Tinggal 3 Tahun, Kita Kehabisan Waktu Atasi Krisis Iklim jika Tak Gerak Cepat
Meski menerima banyak desakan, Brasil menolak untuk memindahkan lokasi konferensi yang rencananya akan digelar pada November 2025 nanti.
Kekhawatiran negara peserta bukan hanya soal akomodasi. Mereka juga mempertanyakan apakah kamar-kamar yang ditawarkan kepada delegasi cukup berdekatan agar negosiasi dapat berjalan lancar, apakah tersedia cukup pilihan makanan, dan apakah bandara lokal mampu menampung lonjakan pengunjung.
Namun Brasil menegaskan bahwa persiapan konferensi masih berjalan sesuai rencana. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur dari janjinya untuk “memperkenalkan hutan hujan Amazon kepada dunia” di COP30.
Pemerintahannya telah mengucurkan dana triliunan rupiah untuk meningkatkan infrastruktur di Belem demi menyambut konferensi tersebut, sekaligus membantu Gubernur Pará, Helder Barbalho, menarik investasi publik dan asing.
Sebagai sekutu politik lama, Barbalho membantu Lula menang di negara bagian Pará pada Pemilu 2022, dan akan menjadi tokoh penting dalam kampanye Lula tahun depan.
Lula dan Barbalho belum memberikan komentar atas permintaan dari media.
Brasil telah menawarkan 10 hingga 15 kamar kepada delegasi dari negara-negara yang dikategorikan sebagai paling tidak berkembang di dunia, dengan harga mencapai Rp3.520.000 per malam.
Namun jumlah itu melebihi standar yang diberikan oleh PBB kepada diplomat negara-negara tersebut, yaitu sekitar Rp2.336.000 per hari untuk biaya akomodasi, makan, dan transportasi.
“Masalah infrastruktur,” Presiden COP 30 kata Andre Correa do Lago pada Jumat, “mengganggu momen yang seharusnya kita gunakan untuk membahas isu-isu substantif.”
Pada Jumat, Brasil membuka platform pemesanan untuk umum. Senin pagi, situs tersebut menunjukkan daftar tunggu hampir 2.000 orang. Namun, menurut laporan Reuters, harga kamar yang tercantum berkisar antara Rp 5.760.000 hingga Rp 70.400.000 per malam.
Baca juga: Pemerintah Godok NDC Iklim Kedua, Dipastikan Rampung Sebelum COP 30
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya