KOMPAS.com – Kementerian Lingkungan Hidup menekankan pentingnya mengarusutamakan krisis iklim agar masyarakat memiliki kesadaran untuk beradaptasi dan melakukan mitigasi.
"Isu-isu perubahan iklim ini harus mainstream. Kalau itu sudah mainstream, harusnya sih timbul kesadaran dari masyarakat untuk membangun," ujar Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK, Franky Zamzani, dalam webinar, Selasa (2/9/2025).
Franky menilai banyak orang Indonesia masih kurang peduli karena belum menyadari bahaya krisis iklim.
Padahal, dampaknya terlihat di depan mata. Pada kesehatan, Franky mencontohkan, krisis iklim biosa memicu cedera, penyakit pernafasan, hingga penyakit zoonosis, meningkatkan kasus penyakit akibat serangga seperti malaria dan demam berdarah, serta memperparah bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, kekeringan, badai petir, hingga rob.
Baca juga: Studi Ungkap, Perubahan Iklim Buka Jalan bagi Timbulnya Pandemi Zoonosis
Krisis iklim, lanjut Franky, juga berdampak pada kesehatan mental.
Selain itu, muncul risiko baru berupa merebaknya spesies invasif dan hama penyakit bagi pertanian.
Menurut Franky, adaptasi dan mitigasi iklim perlu menjadi prioritas pemerintah daerah. Upaya tersebut merupakan investasi jangka panjang untuk menekan kerugian yang lebih besar di masa depan.
"Jadi, kalau itu tidak disiapkan, nanti dampaknya akan lebih besar. Jika dampaknya lebih besar lagi, maka kerugiannya akan jadi lebih besar lagi," tegasnya.
Baca juga: Pariwisata Jadi Kontributor Pertumbuhan Ekonomi tapi Rentah Perubahan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya