JAKARTA, KOMPAS.com – Upaya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi ke sekolah dinilai penting untuk mendukung keselamatan berlalu lintas sekaligus pencapaian tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Kepala PT Jasa Raharja Kantor Wilayah Utama DKI Jakarta, Radito Risangadi, mengatakan bahwa kecelakaan lalu lintas kerap menjadi pintu masuk masalah sosial-ekonomi, mulai dari risiko jatuh miskin hingga hilangnya kesempatan pendidikan dan pekerjaan.
“(Korban) bukan hanya menjadi korban kecelakaan, tetapi akhirnya juga korban kehilangan pekerjaan karena kebangkrutan itu,” ujar Radito usai mengisi acara ASRI Goes to School SMAN 54 x Jasa Raharja di Jakarta Timur, Kamis (25/9/2025).
Baca juga: ASRI Gandeng Pokja SMA 78 Jakarta Hidupkan Solusi Keberlanjutan Lingkungan di Sekolah
Ia menegaskan, kepatuhan terhadap aturan lalu lintas perlu ditanamkan sejak dini, termasuk kepada para siswa SMA. Sosialisasi dan kurikulum keselamatan berkendara disebut menjadi langkah penting untuk menekan angka pelanggaran dan kecelakaan.
Lebih jauh, Radito menekankan bahwa peralihan dari kendaraan pribadi ke transportasi publik merupakan bagian dari strategi besar menekan kemacetan, mengurangi emisi gas rumah kaca, sekaligus meningkatkan aspek keselamatan.
“Dari sisi keselamatan, lebih aman bepergian dengan transportasi publik karena pengemudi transportasi umum harus melalui serangkaian tes dan sertifikasi,” katanya.
Instruksi Gubernur (Ingub) DKI Jakarta yang mendorong penggunaan transportasi publik juga mulai diikuti lingkungan sekolah.
Kepala SMAN 54 Jakarta, Rustaman, mengatakan pihaknya berkomitmen mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, termasuk dengan kebijakan para guru dan ASN yang wajib naik transportasi publik setiap Rabu.
Menurut Rustaman, sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) berbasis zonasi turut mendukung langkah ini. Siswa yang tinggal dekat sekolah lebih banyak berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum.
“Dengan PPDB zonasi, sekitar 50 persen siswa tinggal di wilayah sekitar sekolah. Jadi penggunaan kendaraan pribadi relatif berkurang karena mereka cukup jalan kaki ke sekolah dan pulang dengan aman,” ujarnya.
Head of Sustainability Kompas Gramedia, Arki Sudito, menambahkan bahwa beralih ke transportasi publik bukan hanya urusan teknis, tetapi juga berkaitan erat dengan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Baca juga: Siswa SMA Lakukan Aksi Peduli Lingkungan Usai Ikut Program ASRI KG Media
“Kalau semua orang berkendara dengan tertib, kemacetan bisa berkurang. Apalagi kalau lebih banyak yang memakai transportasi umum. Peran kami sebagai media adalah membuat narasi yang menghubungkan isu ini dengan SDGs, dan langkah awalnya memperkuat amplifikasi,” tutur Arki.
Dengan demikian, pembiasaan penggunaan transportasi publik sejak di sekolah bukan sekadar mengurangi kemacetan, tetapi juga menjadi bagian dari upaya kolektif mewujudkan keselamatan, kualitas hidup, dan lingkungan yang lebih baik.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya