Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Berhasil, Konsumsi Berkelanjutan Harus Menjadi Norma Sosial

Kompas.com - 08/10/2025, 14:04 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com-Bumi tengah menghadapi krisis ekologi yang parah. Contoh yang terjadi saat ini stok ikan yang menurun pada tingkat yang mengkhawatirkan, polusi plastik yang mengancam ekosistem di seluruh dunia atau limbah industri yang terus bertambah.

Itu mengapa saat ini kita perlu menerapkan konsumsi yang lebih berkelanjutan untuk melestarikan planet kita.

Namun meski banyak orang yang menunjukkan sikap sadar lingkungan, hal itu seringkali tidak terwujud dalam perilaku pembelian yang berkelanjutan.

Sebuah tim peneliti internasional yang dipimpin oleh ilmuwan HSBA Hamburg School of Business Administration, Zara Berberyan dan Prof. Dr. Sarah Jastram, berusaha memahami mengapa kesenjangan ini ada.

Baca juga: Konsumsi Negara Kaya Hancurkan Biodiversitas Negara Berkembang

Lantas apa temuan mereka?

Melansir Phys, Selasa (7/10/2025) peneliti menemukan, bukan karena harga lebih tinggi atau kurangnya informasi tentang produk berkelanjutan yang menghambat konsumsi berkelanjutan masyarakat.

Temuan penelitian baru menunjukkan bahwa hampir semua kendala yang selama ini dianggap menghambat konsumsi berkelanjutan bisa diatasi atau tidak lagi menjadi faktor penentu dalam pilihan konsumen.

Sebaliknya, norma sosial adalah hal yang krusial. Konsumsi berkelanjutan bisa sangat kurang ketika tidak ada tekanan sosial.

"Konsumen biasanya mau mengeluarkan uang lebih atau meluangkan waktu mencari produk ramah lingkungan jika mereka memiliki motivasi yang kuat untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab terhadap alam," kata Berberyan.

"Akan tetapi, jika tidak ada dorongan atau tekanan sosial, keyakinan pribadi yang paling teguh sekalipun akan sulit melawan godaan produk massal yang harganya murah," terangnya lagi.

Studi ini pun makin menegaskan bahwa konsumen cenderung akan mengikuti konsumsi berkelanjutan jika mereka memiliki komitmen pribadi dan, yang lebih penting, melihat orang-orang terdekat melakukan pilihan serupa.

Baca juga: Masyarakat Indonesia Konsumsi Mikroplastik Paling Banyak di Dunia

Konsumsi berkelanjutan kemudian terinternalisasi sebagai norma sosial karena hal itu diharapkan dan umum dilakukan dalam lingkungan seseorang, individu secara otomatis akan mengubah perilaku mereka agar sejalan dengan norma tersebut.

Lebih lanjut, pihak mana pun yang ingin mendorong konsumsi berkelanjutan harus menjamin bahwa praktik tersebut terlihat jelas dan mendapat pengakuan sosial.

Ketika konsumen melihat lingkungan mereka melakukan pembelian yang berkelanjutan, efek ikutan dapat tercipta. Tokoh panutan publik dan para influencer memiliki peran vital dalam memperkuat perilaku semacam ini.

Sementara ketiadaan dorongan sosial membuat individu enggan mengambil keputusan yang berkelanjutan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau