KOMPAS.com – PT Gudang Garam Tbk, salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia, tengah berada dalam tekanan berat. Meski tidak sampai merugi, perusahaan yang berbasis di Kediri, Jawa Timur, ini mengalami penurunan laba yang sangat tajam.
Pada 2023, Gudang Garam masih mampu mencatatkan keuntungan Rp 5,32 triliun. Namun, setahun berselang, laba bersih perusahaan anjlok hingga 81,57 persen menjadi hanya Rp 980,8 miliar.
Terbaru, Gudang Garam membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 117,16 miliar hingga semester I-2025.
Di tengah kinerja yang kian menurun, kabar pemutusan hubungan kerja atau PHK Gudang Garam beredar luas di media sosial.
Anjloknya kinerja keuangan Gudang Garam tidak terlepas dari beban cukai rokok yang terus meningkat setiap tahun. Selain itu, maraknya peredaran rokok ilegal juga membuat industri rokok besar, termasuk Gudang Garam, keteteran.
Tekanan ini juga tercermin dari harga sahamnya. Jika pada 2019 saham Gudang Garam sempat diperdagangkan di kisaran Rp 83.650 per lembar, kini nilainya hanya di level Rp 8.800 per saham pada Kamis (4/9/2025).
Bahkan, pada 8 April 2025, saham berkode emiten GGRM itu sempat menyentuh titik terendah sepanjang tahun, yakni Rp 8.675 per lembar.
Pemilik Gudang Garam
Gudang Garam sendiri dimiliki oleh keluarga Wonowidjojo melalui perusahaan induk PT Suryaduta Investama, yang menguasai 69,29 persen saham.
Konglomerat Susilo Wonowidjojo menjadi pemegang saham utama sekaligus generasi kedua penerus bisnis yang dirintis Surya Wonowidjojo pada 1958.
Selain itu, Susilo juga memiliki saham langsung sebesar 0,09 persen. Adiknya, Juni Setiawati Wonowidjojo, tercatat menggenggam 0,58 persen saham sekaligus menjabat Komisaris Utama Gudang Garam.
Juni juga dikenal sebagai salah satu perempuan terkaya di Indonesia dengan portofolio investasi di sejumlah perusahaan, termasuk menjadi pemegang saham besar di PT Antam Tbk.
Di luar keluarga Wonowidjojo, pemegang saham lain Gudang Garam antara lain Lucas Mulia Suhardja dan PT Suryamitra Kusuma (6,26 persen), sementara sisanya dimiliki publik (23,78 persen).
Gudang Garam pernah berada di masa keemasan. Sahamnya sempat menjadi salah satu yang termahal di Bursa Efek Indonesia, mendekati Rp 90.000 per lembar pada 2019. Namun, tren penurunan tajam terus berlanjut dalam lima tahun terakhir.
Dengan laba yang terus tergerus, harga sahamnya terus terpuruk, kini beredar kabar PT Gudang Garam PHK karyawan.
https://money.kompas.com/read/2025/09/06/170923926/kabar-phk-gudang-garam-laba-anjlok-dan-harga-saham-melorot