JAKARTA, KOMPAS.com - Tren kenaikan harga komoditas perak diproyeksikan masih akan terus berlanjut hingga 2028.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, tren kenaikan harga perak masih akan berlanjut tiga tahun ke depan.
Hal ini seiring dengan tren kenaikan emas yang diproyeksikan masih akan terjadi hingga 2028, atau dalam masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Ia memproyeksikan kenaikan harga emas juga akan terus berlanjut hingga 2028.
Dengan demikian, investasi di perak dinilai masih akan mendapat sentimen positif sekurang-kurangnya tiga tahun ke depan.
"Secara jangka menengah, mereka mungkin berpikir bahwa misal sekarang berada di 35.000 ya semoga bisa mencapai di level 40.000-50.000, sehingga ketika dijual mereka dapat untung juga," terang dia
Baca juga: Harga Perak Sentuh Rekor, Analis Ingatkan Risiko Koreksi Besar
Ia menambahkan, permintaan atas komoditas perak didorong oleh semakin mahalnya logam mulia emas sebagai investasi.
"Kenapa orang mencari perak? Ya sebagai alternatif investasi, karena harga emas sudah terlalu tinggi," imbuh dia.
Ibrahim menjelaskan, perak bisa dibilang merupakan komoditas kedua setelah emas.
Ketika harga emas terlalu tinggi, daya beli masyarakat tidak mampu lagi untuk membeli.
"Di situlah akhirnya orang beralih ke perak sebagai aset safe haven," imbuh dia.
Baca juga: Kenaikan Harga Perak Melejit Lampaui Emas, Goldman Sachs Wanti-wanti Risiko
Sebelumnya, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan, kenaikan harga perak perlu diwaspadai oleh investor.
Kenaikan harga yang tinggi memiliki kemungkinan koreksi yang besar pula.
"Perak kalau misalkan sudah terlalu tinggi naiknya juga kemungkinan koreksinya juga besar kan," kata dia ketika Media Day, Kamis (16/10/2025).
Namun demikian, perak masih memiliki fundamental yang menjadi dasar, yakni karena berkaitan dengan teknologi.