JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Golkar M. Sarmuji meminta para kader lebih proaktif menyalurkan aspirasi rakyat.
Hal ini dikatakannya merespons demo yang berkecamuk beberapa hari terakhir sejak Senin (25/8/2025).
Eskalasi demo diketahui sempat meningkat usai peristiwa tragis meninggalnya pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, pada 28 Agustus 2025.
Baca juga: SBY Ajak Pemerintah Tingkatkan Dialog, Usai Demo Beberapa Waktu Terakhir
“Belajar dari momentum kemarin, Golkar harus bertransformasi. Golkar harus menjadi partai yang responsif bahkan harus proaktif dalam menyalurkan aspirasi rakyat,” ujar Sarmuji dalam siaran pers, Sabtu (6/9/2025).
Sarmuji menekankan, partai politik tidak boleh bersikap reaktif semata, tetapi harus menyediakan saluran aspirasi yang konkret bagi masyarakat.
Ia pun menantang seluruh ketua DPD Golkar di daerah untuk menjadikan kantor partai sebagai pusat komunikasi rakyat.
Baca juga: SBY Bicara soal Demo Berhari-hari: Sadarkan Kita Harus Jaga Dialog-Kebersamaan
“Saya memberi tantangan kepada seluruh ketua DPD untuk menjadikan kantor DPD Golkar sebagai rumah aspirasi, di mana masyarakat bisa menyampaikan keluh kesahnya, lalu tugaskan anggota Fraksi Golkar untuk menindaklanjuti,” tegas dia.
Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI itu pun mengingatkan perubahan zaman menuntut partai politik untuk adaptif, khususnya dalam memanfaatkan teknologi informasi.
Ia menilai, perkembangan teknologi digital dan media sosial telah mengubah pola komunikasi publik secara drastis dalam lima tahun terakhir.
Baca juga: 341 Polisi Amankan Objek Vital meski Tak Ada Demo Hari Ini
"Oleh karena itu, kita mesti memanfaatkan teknologi informasi untuk menyerap aspirasi sekaligus menjadikannya media menyampaikan pesan yang cepat dan efektif,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah aksi unjuk rasa pecah di berbagai daerah, termasuk di Gedung DPR sejak Senin (25/8/2025).
Demo itu terjadi karena kemarahan publik usai pernyataan para anggota dewan yang membalas kritik masyarakat terkait tunjangan rumah DPR RI mencapai Rp 50 juta tanpa empati.
Kondisi ini semakin bergejolak setelah insiden kendaraan taktis (rantis) Brimob melindas pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, di Jakarta pada Kamis malam, pekan lalu.
Aksi unjuk rasa ini pun meluas tidak sekadar memprotes tunjangan para anggota dewan, melainkan juga menuntut keadilan atas kekerasan yang dilakukan oleh aparat.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini