Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M. Ikhsan Tualeka
Pegiat Perubahan Sosial

Direktur Indonesian Society Network (ISN), sebelumnya adalah Koordinator Moluccas Democratization Watch (MDW) yang didirikan tahun 2006, kemudian aktif di BPP HIPMI (2011-2014), Chairman Empower Youth Indonesia (sejak 2017), Direktur Maluku Crisis Center (sejak 2018), Founder IndoEast Network (2019), Anggota Dewan Pakar Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (sejak 2019) dan Executive Committee National Olympic Academy (NOA) of Indonesia (sejak 2023). Alumni FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (2006), IVLP Amerika Serikat (2009) dan Political Communication Paramadina Graduate School (2016) berkat scholarship finalis ‘The Next Leaders’ di Metro TV (2009). Saat ini sedang menyelesaikan studi Kajian Ketahanan Nasional (Riset) Universitas Indonesia, juga aktif mengisi berbagai kegiatan seminar dan diskusi. Dapat dihubungi melalui email: ikhsan_tualeka@yahoo.com - Instagram: @ikhsan_tualeka

Gen Z, FOMO, dan Tragedi di Balik Demonstrasi

Kompas.com - 08/09/2025, 12:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GELOMBANG demonstrasi yang belakangan berujung anarkistis menyimpan fenomena baru yang patut dicermati oleh khalayak.

Ini bukan semata karena eskalasi kekerasan, melainkan karena keterlibatan kelompok usia yang sebelumnya jarang muncul: generasi Z, bahkan anak-anak yang masih di bangku SMP dan SMA.

Kasus di Banten pada 30 Agustus lalu, misalnya, menjadi alarm keras. Polisi menangkap 14 remaja yang kedapatan ikut membakar pos polisi, bahkan mereka sebelumnya telah berencana melemparkan molotov ke Mapolresta Serang.

Ironisnya, mereka bukan preman, bukan pula anggota organisasi ‘keras’. Mereka adalah anak-anak baik, rajin ibadah, sopan, dan hanya pamit “nongkrong di kafe.”

Namun di lapangan, mereka larut dalam kerumunan massa, melebur dan berbaur, hingga terjerumus pada aksi anarkis.

Di waktu yang sama, fenomena serupa juga muncul di Surabaya, di mana sebanyak 26 pelajar ditangkap polisi karena terlibat dalam demonstrasi yang berujung ricuh.

Baca juga: Tanda Zaman, Pertobatan Nasional, dan Komisi Independen

Usia mereka sebagian besar masih belia. Sama seperti pada kasus di Banten, ada yang masih duduk di bangku SMA.

Belakangan, data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menambah keprihatinan, mengonfirmasi fenomena yang ada.

Menurut Komisioner KPAI, Diyah Puspitarini, terdapat 20 anak atau pelajar di berbagai daerah yang menjadi korban kekerasan dalam kerusuhan demonstrasi sejak 25 Agustus lalu, dan kini masih dirawat intensif di rumah sakit.

Tragisnya, satu di antaranya sampai meninggal dunia: Andika Lutfi Falah (16), siswa kelas XI SMK Negeri 14 Kabupaten Tangerang. Semua ini tentu menunjukkan betapa seriusnya situasi.

Demonstrasi yang seharusnya menjadi ruang ekspresi politik berubah menjadi arena yang menjerat anak-anak muda, bahkan mengorbankan nyawa mereka.

Generasi Z dan pola perilakunya

Generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Artinya, saat ini usia mereka berkisar 13 hingga 28 tahun—sebagian masih duduk di bangku sekolah, sebagian lain menempuh kuliah, dan sisanya sudah memasuki dunia kerja.

Gen Z tumbuh dalam ekosistem digital. Sejak kecil mereka akrab atau terbiasa dengan internet, gawai, dan tak bisa lepas dari media sosial.

Hidup mereka selalu terhubung dengan layar, baik untuk belajar, berkomunikasi, mencari hiburan, maupun membentuk opini. Karena itu, sering disebut digital natives.

Karakter mereka pun khas: cepat menyerap informasi, kritis, berani, tapi juga rentan pada hoaks, impulsif, dan haus pengakuan sosial. Validasi sering diukur lewat jumlah like, komentar, atau views di media sosial.

Halaman:


Terkini Lainnya
Dito Ariotedjo Pamit dari Menpora
Dito Ariotedjo Pamit dari Menpora
Nasional
Prabowo Lantik Menteri dan Wakil Menteri Haji dan Umrah Sore Ini
Prabowo Lantik Menteri dan Wakil Menteri Haji dan Umrah Sore Ini
Nasional
Dua Menteri Main Domino, Anggota DPR: Cukup Kami Jadi Korban Keteledoran
Dua Menteri Main Domino, Anggota DPR: Cukup Kami Jadi Korban Keteledoran
Nasional
Wamenkop hingga Kepala BP Haji Datangi Istana Pakai Jas dan Dasi Biru, Pelantikan?
Wamenkop hingga Kepala BP Haji Datangi Istana Pakai Jas dan Dasi Biru, Pelantikan?
Nasional
ADHI Karya Perkuat Fundamental, Bayar Obligasi Rp 1,3 Triliun dan Genjot Proyek Sosial
ADHI Karya Perkuat Fundamental, Bayar Obligasi Rp 1,3 Triliun dan Genjot Proyek Sosial
Nasional
Domino Kekuasaan
Domino Kekuasaan
Nasional
Ketua KY Jamin Tak Ada Calon Hakim Agung Titipan
Ketua KY Jamin Tak Ada Calon Hakim Agung Titipan
Nasional
TNI AL Sebut KRI Brawijaya-320 Kapal Fregat Terbesar se-Asia Tenggara
TNI AL Sebut KRI Brawijaya-320 Kapal Fregat Terbesar se-Asia Tenggara
Nasional
Ketua Komnas HAM Siap Mundur jika Tak Tuntaskan Kasus Munir 8 Desember 2025
Ketua Komnas HAM Siap Mundur jika Tak Tuntaskan Kasus Munir 8 Desember 2025
Nasional
Istri Nadiem Jenguk Suami di Tahanan, Bawa Rantang Berisi Samosa dan Pastel
Istri Nadiem Jenguk Suami di Tahanan, Bawa Rantang Berisi Samosa dan Pastel
Nasional
Kejagung Terima Surat Kuasa dari Gibran untuk Kawal Gugatan Perdata Ijazah SMA
Kejagung Terima Surat Kuasa dari Gibran untuk Kawal Gugatan Perdata Ijazah SMA
Nasional
Jaksa Pengacara Negara Wakili Wapres Gibran di Gugatan Perdata, Penggugat Keberatan
Jaksa Pengacara Negara Wakili Wapres Gibran di Gugatan Perdata, Penggugat Keberatan
Nasional
KASUM Beri Deadline 8 Desember ke Komnas HAM Tuntaskan Kasus Pembunuhan Munir
KASUM Beri Deadline 8 Desember ke Komnas HAM Tuntaskan Kasus Pembunuhan Munir
Nasional
Nusron Diminta Kenakan Pajak Tinggi ke 60 Keluarga Kaya yang Kuasai Tanah Bersertifikat di RI
Nusron Diminta Kenakan Pajak Tinggi ke 60 Keluarga Kaya yang Kuasai Tanah Bersertifikat di RI
Nasional
Menko Yusril Ungkap Alasan Tak Semua Tuntutan Rakyat Bisa Segera Diwujudkan
Menko Yusril Ungkap Alasan Tak Semua Tuntutan Rakyat Bisa Segera Diwujudkan
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau