JAKARTA, KOMPAS.com - Royal Enfield Classic 350 menjadi salah satu pilihan motor gede yang menarik bagi pemula.
Dengan tampilan yang kental dengan aura klasik, mesin modern, dan harga yang bersaing di kisaran Rp 100 jutaan, motor ini layak untuk dipertimbangkan.
Baca juga: Perbedaan Beli Royal Enfield di Lelang dan Diler, Harga Bisa Miring
Royal Enfield Classic 350 lansiran 2024 milik RizalNamun, bagaimana rasanya menggunakan motor bergaya klasik ini selama satu tahun?
Rizal, pemilik Royal Enfield Classic 350 lansiran 2024, membagikan pengalamannya setelah setahun menggunakan motor ini.
Baca juga: Archion: Perusahaan Induk Baru Hino dan Fuso di Tokyo
Royal Enfield Classic 350 lansiran 2024 milik RizalRizal merasa puas dengan performa dan ketangguhan motor bergaya retro ini.
Ia menilai bahwa Classic 350 tidak rewel dan menggunakan material yang solid.
Menurutnya, bagian seperti sepatbor dan fender depan terasa sangat kokoh karena terbuat dari besi tebal. “Barang enggak kaleng-kaleng, material besinya beneran kuat, keras, dan berat banget,” ungkap Rizal kepada Kompas.com, belum lama ini.
Royal Enfield Classic 350 lansiran 2024 milik RizalMeski berat, Rizal menilai bahwa sasis Classic 350 tetap stabil dan nyaman untuk dikendarai. “Biasanya motor berat begitu sasisnya enggak enak, tapi ini firm. Diajak manuver tetap enak untuk motor sebesar itu,” jelasnya.
Soal performa, Rizal menyatakan bahwa tenaganya terasa mantap di putaran bawah hingga menengah.
Royal Enfield Classic 350 lansiran 2024 milik RizalKarakternya penuh torsi dari putaran mesin rendah sampai tengah, meskipun kurang di putaran atas. "Enaknya buat city ride, di 50-70 km per jam. Di atas 80 km per jam, sudah bukan karakternya lagi,” jelasnya.
Rizal juga mengapresiasi karakter suara dari mesin satu silinder Classic 350, terutama setelah mengganti knalpot. “Letupan-letupannya tuh benar-benar rasanya seperti moge. Suaranya bulat, nge-bass, kencang, enggak malu-maluin,” ucapnya.
Dari segi efisiensi, Rizal menyebut bahwa konsumsi bahan bakar Classic 350 tergolong irit, meskipun bodi dan mesinnya cukup besar.
Namun, ia juga merasakan beberapa kekurangan setelah satu tahun pemakaian. “Mesinnya agak panas, karena air cooled. Kalau lagi ditarik (gas penuh), kaki terasa panas. Tapi kalau pemakaian normal, aman,” tuturnya.
Selain itu, bobot motor yang mencapai 195 Kg kosong, dan bisa tembus 200 Kg jika sudah diisi BBM dan oli, membuatnya kurang praktis di kondisi macet. “Kalau mau parkir atau kena macet, agak risih. Enggak seperti motor pada umumnya. Jangan sering lewat jalan macet karena lumayan capek,” ujarnya.
Rizal juga menyoroti keterbatasan layanan purnajual di beberapa daerah.