Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Sirkuit ke Jalan Raya, Ride Height Device Butuh Legalitas

Kompas.com - 31/10/2025, 11:42 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Teknologi Ride Height Device (RHD) yang awalnya dikembangkan untuk dunia balap, kini berpotensi hadir di motor harian.

Inovasi ini tak hanya menjanjikan performa dan kestabilan lebih baik, tetapi juga menawarkan solusi praktis bagi pengendara bertubuh pendek agar lebih mudah menapak saat berhenti di lampu merah.

Rivki Gunawan, CEO GG Suspension, mengatakan pihaknya tengah menunggu hasil uji kelayakan dan legalisasi dari Ikatan Motor Indonesia (IMI) sebelum melangkah ke tahap produksi massal.

Baca juga: Suzuki Vision e-Sky; Bisa Jadi Lawan Wuling Air ev dan BYD Atto 1

“Kalau mau diproduksi massal, kita harus pastikan dulu legalitasnya. Jangan sampai alatnya dilarang di balapan nasional. Kalau belum legal, paling bisa dipakai buat kontes,” ujar Rivki, kepada Kompas.com (30/10/2025).

Menurut Rivki, sistem ini bekerja dengan mekanisme unitrack mekanis yang dapat dikontrol langsung oleh pengendara.

Artinya, tinggi motor bisa diatur sesuai kebutuhan. Baik saat start, berhenti di lampu merah, atau sekadar ingin posisi duduk lebih rendah.

Baca juga: Apakah Merawat Mobil Hybrid Lebih Rumit dari Mobil Bensin?

Teknologi Ride Height Device (RHD) yang biasa digunakan di ajang MotoGP, kini mulai diadaptasi di dunia balap lokal Indonesia oleh GG SuspensionScreenshot Facebook OfficialGGSuspension Teknologi Ride Height Device (RHD) yang biasa digunakan di ajang MotoGP, kini mulai diadaptasi di dunia balap lokal Indonesia oleh GG Suspension

“Fungsinya utama sebenarnya buat start. Tapi di tengah balapan juga bisa diatur. Misalnya pebalap meerasa motornya ketinggian, tinggal pencet tombol, dia bisa diturunin sedikit,” ucap Rivki.

Dalam konteks penggunaan harian, teknologi ini bisa membuat motor lebih fleksibel untuk siapa saja, termasuk mereka yang kesulitan menapak sempurna di motor dengan bodi tinggi. Menariknya, sistem ini akan otomatis kembali ke posisi normal setelah start.

“Pas keluar dari garis start, dia langsung naik sendiri secara smooth dalam beberapa detik. Enggak perlu diatur lagi,” kata Rivki.

Baca juga: Gejala Awal CVT Rusak yang Sering Diabaikan, Ini Ciri-Cirinya

Suspensi monoshock Pro-Link di Honda X-ADVKOMPAS.com/Gilang Suspensi monoshock Pro-Link di Honda X-ADV

“Kami enggak pakai air suspension karena rumit dan butuh kompresor. Butuh tempat yang besar. Sistem kita mekanis, lebih simpel dan aman buat balap, sokbrekernya pun masih standar sebetulnya, hanya disetel ulang,” ujarnya.

Dengan daya tahan yang sudah teruji di lintasan balap, Rivki memastikan teknologi ini sebetulnya aman digunakan di jalan raya.

Jika lolos uji dan mendapat izin edar, bukan tak mungkin Ride Height Device bakal jadi tren baru di dunia otomotif Indonesia. Teknologi ini bisa membuat motor lebih adaptif, cocok untuk berbagai postur tubuh dan gaya berkendara.

“Kalau buat harian sudah aman banget. Di balap saja kuat, padahal suhunya tinggi dan banyak guncangan,” katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau