JAYAPURA, KOMPAS.com - Direktorat Reserse Narkoba Polda Papua menyebut kawasan pertambangan telah menjadi sasaran empuk peredaran narkotika jenis sabu.
Apalagi, kawasan pertambangan banyak terdapat di wilayah Bumi Cenderawasih.
“Kalau ganja umumnya di perkotaan, sedangkan sabu ini cenderung peredarannya di kawasan pertambangan," ungkap Direktur Reserse Narkoba Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Alfian, dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Sabtu (12/4/2025).
"Kita nggak bilang indikasi karyawan, tapi peredarannya di wilayah itu,” tambahnya.
Baca juga: Satgas TNI Ikut Gerebek Pengedar Sabu di Perbatasan RI-Malaysia
Menurut Alfian, efek sabu bagi pengguna, khususnya pekerja, dapat memacu semangat bekerja.
“Alasannya biar mereka enak saat kerja saja, bisa nyaman kerja, bisa sampai pagi kerjanya,” jelasnya.
Selain wilayah Mimika, peredaran sabu juga ditemukan di wilayah pertambangan lain.
Dia mencontohkan di wilayah Boven Digoel, Papua Selatan.
Modus operandinya, pelaku menggunakan alamat palsu dalam setiap pengiriman sabu.
“Sabu-sabu juga terdeteksi masuk Boven Digoel, barang dikirim menggunakan alamat palsu. Kita tahu pelakunya, namun tidak mengakui barang tersebut miliknya,” bebernya.
Usut punya usut, transaksi sabu di Boven Digoel dilakukan dengan cara barter menggunakan emas, bukan uang tunai.
“Barter emas, tidak uang. Jadi sabu-sabu dibarter emas berapa gram,” katanya.
Untuk pengguna sabu sendiri, Alfian mengemukakan bahwa rata-rata masyarakat non-Papua.
Sebaliknya, pengguna narkotika jenis tanaman ganja, rata-rata pemuda lokal.
“Yang kita tangkap selama ini begitu, mereka non-Papua untuk sabu,” ungkapnya.