BLORA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora mencabut status tanggap darurat kebakaran sumur minyak ilegal di Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Jawa Tengah, setelah Pertamina menutup permanen sumur minyak yang terbakar sejak 17 Agustus 2025.
Ratusan warga yang sempat mengungsi kini diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.
Namun, kepulangan itu tidak sepenuhnya membawa kebahagiaan. Sejumlah warga justru disambut kondisi rumah yang rusak parah.
Bagi Supriyati (45), kepulangan itu justru penuh rasa nelangsa.
Rumah Supriyati kini porak-poranda. Atapnya roboh, bagian belakang habis terbakar, hanya menyisakan bangunan depan yang kondisinya pun rusak.
"Rasanya sedih sekali," kata Supriyati dengan suara lirih saat ditemui di rumahnya, Senin (1/9/2025).
Baca juga: Balita 2 Tahun Korban Kebakaran Sumur Minyak Blora Kritis, Luka Bakar 63 Persen
Kerugian yang ia alami sulit dihitung.
"Rumahnya itu empat, terus sapinya dua, perabotan rumah tangga yang di belakang itu habis semua. Terus aku pulang ke sini mulai nol lagi. Terus dapatku dari mana? Aku kan sedih," ucapnya.
Selama masa darurat, Supriyati dan keluarganya mengungsi di rumah kerabat. Namun, ia merasa tidak nyaman terlalu lama menumpang.
"Ngungsi terus itu rasanya enggak enak, walaupun entar dikasih atap terpal atau apa yang penting di rumah sendiri," tuturnya.
Supriyati masih ingat betul detik-detik kebakaran. Jarak rumahnya hanya 10 meter dari sumur minyak yang terbakar.
"Di rumah tapi saya di depan sini. Aku enggak tahu tiba-tiba ada api langsung aku lari," katanya.
Suaminya sempat berusaha menyelamatkan sapi, harta paling berharga bagi keluarga petani. Namun, upaya itu gagal.
"Hartanya kan cuma sapi kalau orang tani itu," terang Supriyati.
Baca juga: Warga Masih Trauma Pascakebakaran Sumur Minyak Blora, Belum Berani Tidur di Rumah
Kini, ia bingung harus memulai hidup dari mana.