SOLO, KOMPAS.com - Gua Swara yang terletak di Kompleks Kolam Segaran Taman Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, bukan sekadar gua biasa.
Tempat ini menyimpan cerita sejarah yang erat kaitannya dengan budaya Jawa, khususnya Keraton Kasunanan Surakarta, atau yang lebih dikenal dengan Keraton Solo.
Sejak tahun 1901, gua ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan gamelan, alat musik tradisional yang memiliki makna spiritual dan budaya bagi masyarakat setempat.
Muhammad Aprianto, Founder Soerakarta Walking Tour, menjelaskan bahwa gua ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan gamelan yang dibunyikan pada malam Selikuran, yaitu malam ke-21 bulan Ramadhan untuk menyambut malam Lailatul Qadar.
"Gua Swara tempat menyimpan gamelan. Jadi (gamelan) dibunyikan ketika malam Selikuran," ungkapnya pada Senin (8/9/2025).
Gua Swara merupakan peninggalan dari masa pemerintahan Raja Pakubuwono (PB) X, yang dikenal dengan inisiatifnya untuk menciptakan ruang publik di tengah kota Solo.
"Itu (Gua Swara) diinisiasi sebenarnya oleh PB X. Kalau menurut ceritanya, PB X ini menginginkan ada satu ruang publik di tengah kota," jelas Aprianto.
Sayangnya, sejak tidak difungsikan lagi sekitar tahun 1981, gua ini ditutupi pasir dan mengalami penurunan fungsi.
Namun, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berkomitmen untuk merenovasi kolam segaran Taman Sriwedari dengan tujuan mengembalikannya ke wujud semula, sehingga bisa dinikmati oleh masyarakat luas.
Wali Kota Solo, Respati Ardi, menegaskan pentingnya revitalisasi kolam segaran sebagai langkah pelestarian budaya Jawa.
Baca juga: Pemkot Solo Rogoh Rp 1,8 M untuk Revitalisasi Kolam Peninggalan Pakubuwono X
"Di tahun 1900 sudah dibuat seperti ini bagus sekali. Jadi namanya Gua Swara yang didalamnya isinya gamelan dan difungsikan saat malam Selikuran. Tentunya ini kita nguri-uri kebudayaan," kata Respati saat meninjau kolam segaran Taman Sriwedari pada Senin (8/9/2025).
Dia berharap setelah proses revitalisasi selesai, kolam segaran dapat kembali berfungsi sebagaimana mestinya, sejalan dengan tujuan untuk mengenang tradisi leluhur.
"Harapannya bisa difungsikan seperti di zaman pendahulu kita," imbuhnya.
Menurut Wali Kota, revitalisasi kolam segaran Taman Sriwedari akan dilakukan secara bertahap hingga tahun depan.
"Kita pelan-pelan mengembalikan fungsi Taman Sriwedari, Kebon Rojo pelan-pelan. Yang terpenting adalah kembali mengingat leluhur kita dan bisa difungsikan warga Solo," tambahnya.
Baca juga: Pemkot Solo Rogoh Rp 1,8 M untuk Revitalisasi Kolam Peninggalan Pakubuwono X
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Solo, Nur Basuki, juga menegaskan fokus revitalisasi tahun ini adalah kolam segeran.
"Tahun ini kita ada anggaran Rp 1,8 miliar. Kemudian ini selesai mungkin hanya fokus segaran saja. Tahun depan ada anggaran Rp 1 miliar untuk penataan sekitarnya," ujarnya.
Dengan upaya ini, diharapkan Gua Swara dan Kolam Segaran Taman Sriwedari dapat kembali menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Solo, menghidupkan kembali budaya dan tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini