Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhardis
PNS

Saat ini bekerja sebagai periset di Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, BRIN

"Rayap Besi": Metafora Ekologis dan Cermin Kerusakan Sosial

Kompas.com - 29/10/2025, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENURUT René Wellek dan Austin Warren dalam buku mereka Theory of Literature, bahasa sering kali menjadi cermin tajam yang memantulkan wajah masyarakatnya.

Ketika istilah “rayap besi” muncul di ruang publik—terutama melalui pemberitaan Kompas TV tentang penangkapan puluhan pelaku pencurian logam di Medan (Kompas.tv, 20/10/2025)—ia bukan sekadar permainan kata.

Istilah ini merupakan metafora ekologis yang merefleksikan bagaimana manusia memahami perilaku sosial melalui simbol-simbol alam.

Dalam hal ini, hewan yang dihadirkan bukan hanya untuk menggambarkan tindakan, tetapi juga untuk menilai moral di baliknya. Mirip penggunakan hewan dalam cerita fabel, ya?

Dalam fabel, hewan berbicara, berpikir, dan bertindak layaknya manusia. Namun, tujuan fabel bukanlah hiburan semata, melainkan pendidikan moral.

Rubah menggambarkan kelicikan, keledai melambangkan kebodohan, singa menyimbolkan kekuasaan.

Demikian pula dalam istilah "rayap besi", masyarakat menggunakan citra hewan untuk mengilustrasikan sifat sosial tertentu — kecil, tersembunyi, tapi bekerja bersama secara destruktif.

Baca juga: Whoosh Bukan Investasi Sosial

Ia adalah fabel baru dalam wacana perkotaan, yaitu kisah moral tentang bagaimana sekelompok makhluk kecil menggerogoti rumah yang tidak dijaga.

Berbeda dengan metafora populer seperti ular besi untuk kereta api, kuda besi untuk sepeda motor, atau burung besi untuk pesawat, istilah rayap besi memiliki nada moral yang jauh lebih gelap.

Ular besi melambangkan kecepatan dan kekuatan yang terarah, kuda besi menggambarkan semangat kebebasan dan mobilitas, sementara burung besi menyimbolkan kemajuan teknologi dan impian manusia menembus langit.

Ketiganya menggunakan kata “besi” untuk menegaskan kekuatan dan modernitas, tetapi tetap berasosiasi positif terhadap kemajuan.

Sebaliknya, rayap besi menandai kebalikan dari kemajuan itu. Secara ekologis, rayap memang tidak berbahaya karena ganas, melainkan karena diam-diam dan terorganisasi.

Itulah sebabnya metafora ini begitu kuat. Ketika kata rayap dipadankan dengan besi, muncul paradoks, yakni sesuatu yang kuat dan keras ternyata bisa digerogoti oleh sesuatu yang kecil dan tak terlihat, lho!

Secara semiotik, kata rayap mengandung asosiasi kecil, tersembunyi, sulit diberantas, dan merusak dari dalam.

Dalam konteks sosial, metafora ini menggambarkan perilaku destruktif yang dilakukan secara kolektif, tapi tidak kasatmata—seperti praktik pencurian, korupsi kecil, atau penyalahgunaan fasilitas publik yang lama-lama menggerogoti fondasi kota.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau