“...Tante sudah nggak punya anak lagi. Jadi kamu sekarang harus menjadi anak Tante. Tante ingin lihat komitmen kamu untuk jadi orang yang lebih baik, untuk kamu bawa spiritnya Timi ini… supaya Tante dapat melihat nanti ke depannya kamu ini menjalani hidupmu secara berbeda dan dengan lebih baik….”
TEKS di atas adalah kutipan pernyataan Sharon, ibu kandung mahasiswa Sosiologi FISIP Unud, Timothy Anugerah Saputra, dalam podcast Youtube Denny Sumargo, Kamis (23/10/2025).
Kata-kata itu ditujukan kepada Vito, rekan kuliah yang ikut merundung Timothy. Ibunda Timothy mengucapkannya dengan mata berkaca. Kata-kata itu tidak lahir dari emosi negatif.
Saat Vito menemuinya, ia tidak mencaci, tidak menuntut, dan tidak menolak. Sikap ini mengandung pembelajaran yang mendalam bagi masyarakat.
Video wawancara tersebut mendapat respons positif dari publik. Dari momen ini, kita belajar bahwa rendah hati lebih dari sekadar mengampuni. Rendah hati adalah keberanian memulihkan hati yang runtuh dengan memaafkan.
Dalam realitas sosial modern, sikap seperti ini sangat jarang. Pada umumnya, keluarga korban akan meminta hukuman tegas.
Keluarga merasa wajar menuntut balas demi keadilan. Media sering memperlihatkan kemarahan sebagai hal yang normal.
Baca juga: Timothy dan Alarm Bully yang Tak Pernah Dimatikan
Namun, peristiwa ini justru sebaliknya. Ibunda Timothy menunjukkan kerendahan hati yang membebaskan. Ia memutus rantai kebencian dengan pelukan.
Perilaku semacam ini mencengangkan banyak pihak karena berlawanan dengan naluri manusia pada umumnya.
Inilah sebabnya, momen ini penting untuk dijadikan refleksi publik. Kita sedang melihat kekuatan moral yang menaklukkan luka dengan kasih.
Rendah hati adalah jalan damai. Rendah hati mematahkan siklus kekerasan yang lahir dari gengsi sosial.
Dalam konteks kemanusiaan, rendah hati menyelamatkan kehidupan. Seseorang yang rendah hati tidak terjebak dalam ego. Ia mampu melihat manusia lain sebagai pribadi yang tetap layak diteguhkan.
Dalam dunia yang sarat kompetisi, kerendahan hati menjadi penawar. Ia tidak meniadakan keadilan, tetapi mengubah perwujudannya melalui kasih.
Sikap ini memulihkan relasi dan membangun kepercayaan. Karena itu, rendah hati layak ditempatkan sebagai nilai strategis bagi masa depan bangsa.
Kasus Timothy menggambarkan tekanan sosial yang semakin berat. Menurut teori Emile Durkheim dalam Suicide (1897), tekanan lingkungan dapat menciptakan kondisi anomie. Individu merasa terlepas dari nilai sosial dan kehilangan makna.