Beberapa penulis pun angkat bicara, misalnya Maman Suherman (59) yang mengungkap bahwa royalti 10 persen belum ideal. Terlebih, biaya produksi yang tinggi dan penjualan buku kian menurun.
Baca juga: Lewat Jagat Literasi, Kompas.com Donasikan Buku dan Nyalakan Asa ke Pelosok Negeri
”Negara harus hadir dengan memberi subsidi untuk buku. Fungsi buku bukan hanya ekonomi, tetapi juga intelektualitas dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujarnya dikutip dari KOMPAS.id, Senin (25/8/2025).
Ada juga sebuah survei yang melibatkan 130 penerbit mengungkap bahwa kerugian akibat pembajakan bisa mencapai ratusan miliar rupiah. J.S. Khairen, mengungkap bahwa pernah menemukan buku bajakan karyanya.
”Jangan giliran (buku) dibajak diam saja, tetapi urusan pajak kami dikejar,” tegas Khairen, meminta pemerintah untuk bertindak tegas atas buku bajakan yang beredar.
Maman juga mengaku mengalami hal yang serupa karena pernah dikejar petugas pajak.
”Negara ini pun tak mengakui penulis. Coba cek kolom pekerjaan di KTP (kartu tanda penduduk) elektronik, tak ada pilihan pekerjaan penulis. Kalau dukun (paranormal), ada. Namun, urusan pajak, kami dikejar-kejar,” ungkapnya dikutip dari laman KOMPAS.id.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang