Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perpusnas Serukan Naskah Nusantara Jadi Ingatan Kolektif Bangsa

Kompas.com - 16/10/2025, 11:28 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) mengingatkan pentingnya mengarusutamakan Naskah Nusantara agar tidak termarjinalkan dari arus utama pengetahuan dan kebudayaan bangsa.

Hal ini ditegaskan Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, dalam Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XX bertajuk “Naskah Nusantara: Ingatan Kolektif dan Masa Depan Filologi Indonesia” di Auditorium Perpusnas, Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Simposium bertema ini terselenggara atas kerja sama Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Perpusnas, dan Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara merupakan forum ilmiah dua tahunan yang mempertemukan para peneliti, filolog, akademisi, dan pemerhati naskah dari berbagai negara.

Tahun 2025 ini juga digelar bersamaan dengan Musyawarah Nasional VIII Manassa guna memperkuat kaderisasi dan organisasi di bidang pernaskahan.

Kepala Perpusnas dalam pidato “Sungai Mengalir dari Hulu ke Hilir: Mengarusutamakan Ingatan Kolektif bagi Generasi Emas”,  menyampaikan Perpusnas merupakan rumah kedua bagi para filolog, akademisi, dan peneliti naskah.

Dia juga menekankan makna tema simposium tahun ini yang mempertemukan masa lalu dan masa depan melalui penguatan ingatan kolektif bangsa.

“Naskah Nusantara ibarat sungai yang mengalir dari hulu ke hilir. Hulunya adalah manuskrip yang ditulis leluhur kita, hilirnya adalah pemahaman generasi kini dan mendatang. Tugas kita semua adalah memastikan aliran sungai ini tidak terputus hingga samudra kesadaran kolektif bangsa Indonesia,” ujarnya.

Kepala Perpusnas menjelaskan bahwa pengarusutamaan naskah Nusantara merupakan satu dari tiga program prioritas lembaga yang ia pimpin, bersama penguatan budaya baca dan standardisasi perpustakaan di seluruh Indonesia.

“Bagi kami, urusan naskah ini bisa disebut sepertiga dari tugas utama Perpusnas,” tambahnya.

Dia mencontohkan perjalanan naskah Babad Diponegoro. Naskah tersebut menjadi bagian dari UNESCO Memory of the World sejak 2013 namun baru direstorasi tahun 2019 melalui kolaborasi internasional.

Perpusnas memanfaatkan momentum 200 tahun Perang Jawa 2025 untuk menghidupkan kembali nilai perjuangan Diponegoro melalui pameran. Perpusnas juga melakukan penerbitan ulang naskah dalam bahasa Indonesia, digitalisasi di portal Khastara, pementasan teater, hingga komik anak Diponegoro Series.

Rencananya, komik tersebut akan didistribusikan ke 6.500 perpustakaan desa dan taman bacaan masyarakat (TBM), serta tersedia gratis di aplikasi iPusnas.

“Melestarikan naskah bukan berarti menyimpannya di ruang tertutup, melainkan memanfaatkannya agar masyarakat mengetahui nilai dari harta karun tersebut,” tegasnya.

Lebih lanjut, Kepala Perpusnas menyatakan bahwa dampak perayaan ini pun terasa luas. Pameran utamanya dikunjungi lebih dari 56.000 pengunjung dalam satu bulan. Sementara, tayangan digitalnya di kanal YouTube Perpusnas ditonton lebih dari 36.562 pemirsa.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau