CANBERRA, KOMPAS.com - Robby Yahya Bachtiar awalnya semangat untuk mengikuti jejak kakaknya, Armitha Safitri, untuk pergi ke Australia mengikuti program Work and Holiday Visa (WHV).
Namun, mimpinya tertunda sementara ketika Armitha, yang akrab disapa Mitha, meninggal dunia dalam kecelakaan mobil di tahun 2023.
"Kalau saya sendiri memang terpukul," ujar Robby.
Baca juga: Armitha Seha Safitri, WNI Asal Malang yang Kecelakaan di Australia, Meninggal Usai Kritis 5 Hari
Robby mengatakan, orangtuanya juga merasa trauma, hingga sempat melarangnya bertolak ke Australia.
"(Mereka) trauma gitu, 'Anaknya kok tinggal satu aja?'," katanya.
Robby mengaku bahwa orangtuanya masih sering bercerita soal Mitha untuk mengenangnya.
Mitha sempat bekerja di perusahaan kebun jeruk di sebuah wilayah negara bagian Australia Selatan.
Mobilnya menabrak sebuah pikap di Karoondah Highway.
Namun, sebuah e-mail dari kepolisian Australia Selatan yang diberikan kepada Robby dan dibagikan kepada ABC menyatakan, Armitha "melakukan kesalahan saat mengemudi dan kesalahan tersebut mengakibatkan ia kehilangan kendali atas kendaraannya."
Robby mengatakan, kakaknya belum terbiasa mengemudi saat mengalami kecelakaan tersebut.
Ia meminta Pemerintah Australia untuk "memperketat" aturan SIM bagi warga negara lain.
Meskipun Indonesia memiliki persyaratan mengemudi yang berbeda dengan Australia, mereka yang datang dari Indonesia masih dapat mengemudi di Australia menggunakan SIM internasional.
Mereka semua merupakan peserta Work and Holiday Visa (WHV).
Di antara mereka adalah Sophie Florence dan David Lim yang tewas dalam kecelakaan di New South Wales, serta Rosanti Dwi Septiyani dan Fina Febriyanti yang tewas dalam kecelakaan di Australia Barat.
Tahun ini, setidaknya dua peserta WHV asal Indonesia mengalami luka-luka dalam dua kecelakaan mobil.
Kecelakaan lalu lintas terjadi saat jumlah peserta WHV asal Indonesia meningkat drastis, setelah Pemerintah Australia menambah kuota WHV untuk warga negara Indonesia sejak 2020.
Kepala Eksekutif Migrant Workers Centre, Matt Kunkel, mengatakan bahwa keamanan mengemudi di jalanan Australia menjadi masalah bagi banyak pemegang visa sementara.
Risikonya dinilai sangat tinggi bagi mereka yang bekerja di sektor pertanian dan regional.
"Tidak seorang pun seharusnya kehilangan nyawanya dalam perjalanan ke tempat kerja," kata Matt.
"Mereka adalah anak muda yang punya keluarga, impian, dan masa depan. Sudah saatnya kita memperlakukan mereka lebih dari sekadar statistik."
Baca juga: Jenazah Armitha Seha Safitri, WNI yang Tewas Kecelakaan di Australia, Dipulangkan ke Malang
Semua kecelakaan fatal yang melibatkan warga Indonesia sejak 2023 masih diproses di pengadilan atau diselidiki oleh petugas koroner, kecuali satu kecelakaan.
Ia mengaku bersalah atas tiga tuduhan mengemudi dengan lalai, yang menyebabkan kematian dan satu tuduhan yang menyebabkan cedera tubuh parah.
Lius mengemudi mobil yang ditumpangi empat temannya ke tempat kerja di sebuah peternakan unggas pada suatu pagi, ketika ia kehilangan kendali kendaraan di jalan yang basah.
Pengadilan di Gunnedah mengatakan, kecelakaan yang "mengerikan dan tragis" itu terekam kamera dasbor seorang pengemudi yang melaju dari arah berlawanan.
Tiga penumpang tewas. Seorang penumpang perempuan dan Lius terluka, tetapi selamat.
Mereka semua adalah peserta WHV.
Pernyataan fakta yang diajukan di pengadilan menyatakan, Lius memegang SIM internasional saat kecelakaan itu terjadi.
Hakim Mal Macpherson membacakan vonis bahwa kematian teman-teman Lius akan "tetap bersamanya seumur hidup."
Dalam sebuah pernyataan kepada ABC, Lius mengimbau warga Indonesia untuk berhati-hati ketika berkendara di Australia, terutama ketika melaju dengan kecepatan tinggi saat kondisi jalan basah.
"Jalanan licin dengan kecepatan tinggi akan sangat bahaya," katanya.
"Jadi, kita harus memperhatikan ini dengan kurangi kecepatan, jaga jarak dengan kendaraan di depan, hindari gerakan mendadak karena mengerem mendadak atau belok cepat bisa bikin kendaraan langsung selip, dan nyalain lampu."
Asosiasi tersebut baru-baru ini mengadakan seminar untuk komunitas multikultural di Tamworth yang mencakup sesi tentang keamanan mengemudi di jalan raya Australia.
"Kami selalu melihat kebutuhan edukasi tentang mengemudi di wilayah ini, karena di Gunnedah sendiri juga terdapat banyak migran," ujarnya.
Lisanty mengatakan, siapapun yang datang ke Australia harus "beradaptasi dengan aturan di sini."
Namun, ia mengatakan, perusahaan juga perlu menjalankan program orientasi, termasuk informasi berkendara yang aman, bagi pekerja dari luar Australia.
Sebagai alternatif, perusahaan dapat menyediakan layanan jemputan atau wujud transportasi lain untuk pekerja mereka, ujarnya.
"Kematian yang disebabkan apa pun adalah tragedi, dan kami turut merasakan penderitaan teman dan keluarga di luar negeri yang kehilangan orang terkasih jauh dari rumah," kata David.
"Bagi sebagian besar kita, mengemudi adalah hal paling berbahaya yang kita lakukan setiap harinya."
David mengatakan, merupakan hal umum bagi pemberi kerja, perusahaan penyedia tenaga kerja, dan penyedia akomodasi untuk menawarkan transportasi bagi pekerja migran dan Australia di wilayah regional, di mana transportasi umum tidak tersedia.
"Namun, banyak pekerja lebih suka menggunakan transportasi mereka sendiri," katanya.
Baca juga: 4 WNI Kecelakaan di Australia, 1 Tewas dan 3 Orang Luka Parah
Sulit untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang berapa banyak peserta WHV yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas di Australia.
Departemen Dalam Negeri Australia telah memberikan 234.556 WHV dari Juli 2023 hingga akhir Juni 2024.
Beberapa departemen dan otoritas pemerintah federal, termasuk Departemen Dalam Negeri dan Departemen Luar Negeri, menyatakan bahwa mereka tidak mengumpulkan atau menyimpan data kematian pemegang visa liburan kerja di Australia.
Menurut DFAT, yang mencatat kematian di Australia, seperti polisi atau koroner, menginformasikan hal ini kepada kedutaan atau konsulat terkait.
"Jadi, kami tidak dapat mengukur jumlah kecelakaan yang menggambarkan seberapa umum masalah yang mungkin dihadapi pengemudi SIM internasional, dibandingkan dengan populasi umum," ujarnya.
"Memahami negara asal pemegang SIM yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas tentu akan memberikan wawasan tentang ke arah mana Australia perlu memfokuskan upayanya untuk meningkatkan keselamatan (di) jalan," tambahnya.
Namun, aturan SIM untuk pengunjung internasional dan pemegang visa sementara berbeda-beda di berbagai yurisdiksi di Australia.
Baca juga: WNI Pemegang Working Holiday Visa Kembali Tewas Kecelakaan di Australia
Setelah selesai kerja di malam untuk membersihkan pabrik pengolahan daging di Adelaide Hills, Ari Hasan Asyari mengemudi mobil yang ditumpangi tiga orang Indonesia lainnya pulang.
Pernyataan polisi yang dikeluarkan saat itu menyebutkan mobil tersebut keluar jalur pada pukul 09.30 dan menabrak pohon.
Satu penumpang tewas.
Rabu lalu, Ari mengaku bersalah atas dua dakwaan yang memberatkan, yaitu mengemudikan kendaraan bermotor tanpa berhati-hati. Sementara dakwaan ketiga telah dicabut.
Ia tetap dibebaskan bersyarat dan akan kembali diadili pada September.
Ari dan dua penumpangnya, termasuk Naufal Hisyam, selamat dari kecelakaan tersebut.
"Naufal biasanya suka banyak ide, ini enggak. Jadi lebih pasif," katanya.
Pengemudi Indonesia perlu lebih berhati-hati saat berkendara di jalanan Australia dan jangan "terlalu percaya diri", ujar Teti.
"Saya berharap tidak ada lagi korban setelah Naufal."
Ia juga banyak berhubungan dengan peserta WHV asal Indonesia.
"Saya sering bertanya, "Kenapa berani sekali menyetir?" Karena mereka enggak ada pilihan," katanya.
"Untuk bekerja ini mereka butuh kendaraan," tambah Berry yang tidak lagi bekerja di pabrik tersebut.
Berry menambahkan pengemudi Indonesia seringkali tidak memahami medan dan bahaya jalan di Australia.
Ini berarti, bila perusahaan tempat mereka bekerja tidak menyediakan transportasi, mengemudi adalah satu-satunya pilihan lain, ujarnya.
"Oleh karena itu, perlu jaminan mereka memiliki kemampuan untuk mengemudi di wilayah regional Australia yang seringkali cukup berat," ujarnya.
Profesor Chris mengatakan, tujuan awal program WHV adalah pertukaran budaya, tetapi skema tersebut telah berubah sejak 2005, dan menjadi "visa kerja de facto".
Baca juga: Keluh Kesah Mahasiswa Papua di Australia: Uang Beasiswa Selalu Telat, Terpaksa Kerja
Jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang datang ke Australia menggunakan WHV meningkat setelah Pemerintah Australia menambah kuota visa bagi WNI pada 2020.
Data Departemen Dalam Negeri menunjukkan 4.578 visa kerja dan liburan pertama diberikan kepada WNI pada tahun 2023 hingga 2024.
Pada tahun yang sama, 3.578 WNI diberikan visa kedua, yang berarti mereka telah setidaknya 88 hari bekerja di wilayah regional.
Beberapa anggota komunitas Indonesia mengatakan kepada ABC banyak pekerja tidak memiliki asuransi ketika mereka tiba di Australia, dan menyarankan agar asuransi diwajibkan bagi pemegang WHV.
Sebuah kelompok penggalangan dana komunitas yang berbasis di Adelaide, IndopeduliAdelaide, mengumpulkan 60.000 dollar Australia (Rp 642 juta) untuk membiayai keperluan Armitha.
Uang tersebut digunakan untuk membayar tagihan rumah sakit, biaya pemulangan jenazahnya ke Indonesia, tiket pesawat pulang pergi bagi keluarga Armitha untuk pergi ke Adelaide setelah kecelakaan, serta biaya bensin dan makanan bagi teman-temannya yang merawatnya saat ia koma di rumah sakit sebelum ia meninggal.
"Di KBRI, situs kami ada dipasang petunjuk kalau mengemudi di Australia seperti apa, kami mengimbau sesegera mungkin dipindah ke SIM lokal," ujar Siswo.
Siswo mengatakan, pemegang visa kerja dan liburan yang mengemudi di Australia adalah generasi muda yang datang ke Australia "untuk mencari kehidupan yang lebih baik" dan untuk berinvestasi bagi masa depan mereka.
"Mereka itu baik untuk ekonomi Indonesia, dan baik untuk ekonomi Australia," ujarnya.
"Jadi tolong kalau bisa memang mereka difasilitasi dengan baik, baik oleh Indonesia maupun Australia."
Ia mengatakan, berencana untuk mengemudi, tetapi sejak kakaknya meninggal, fokus untuk menambah jam terbang mengemudi.
"Sebelumnya sempat ditahan sama orangtua, baru akhir tahun kemarin itu sudah mulai, 'ya udah enggak apa-apa kalau mau,'" katanya.
"Diberi izin lagi sama orangtua."
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini