WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Keyakinan Donald Trump atas kemampuannya menjadi pembawa damai kembali memunculkan wacana pertemuan dengan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un.
Dalam pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung di Gedung Putih, Senin (25/8/2025), Trump menyatakan kesediaannya untuk membuka komunikasi dengan Pyongyang.
“Suatu hari nanti saya akan bertemu dengannya. Saya menantikan pertemuan dengannya. Dia sangat baik kepada saya,” kata Trump kepada wartawan, sembari menambahkan harapannya agar perundingan bisa terlaksana sebelum akhir tahun, dikutip dari The Guardian pada Selasa (26/8/2025).
Baca juga: Trump Berencana Bertemu Kim Jong Un Tahun Ini, Apa Tujuannya?
Jika terwujud, Trump bertemu Kim Jong Un itu akan menjadi yang keempat kalinya bagi mereka. Keduanya pernah menjalin hubungan diplomatik yang unik, meskipun tanpa hasil konkret.
Pada Juni 2018, Trump dan Kim bertatap muka dalam KTT bersejarah di Singapura. Saat itu mereka menyepakati denuklirisasi penuh Semenanjung Korea.
Namun, pengamat menilai Korea Selatan berpotensi menghadapi dilema besar jika harus melepaskan perlindungan nuklir dari Amerika Serikat.
Meski ada keraguan, Trump melanjutkan langkah diplomasi dengan menggelar KTT kedua di Hanoi pada Februari 2019.
Harapan tinggi itu pupus setelah perundingan berakhir tanpa kesepakatan. Kedua belah pihak saling menyalahkan atas gagalnya konsensus yang sempat dicapai di Singapura.
Kesempatan ketiga hadir pada Juni 2019, saat Trump usai menghadiri KTT G20 di Osaka, Jepang. Ia melangkah melintasi garis demarkasi militer yang memisahkan Korea Selatan dan Korea Utara, lalu menepuk bahu Kim.
Momen tersebut menjadikannya presiden AS pertama yang menginjakkan kaki di tanah Korea Utara. Meski bersejarah, pertemuan itu tidak menghasilkan kemajuan substansial. Kebuntuan nuklir tetap berlangsung.
Hingga kini, perundingan tingkat tinggi AS dan Korea Utara belum digelar selama hampir enam tahun. Hambatan utama masih soal besaran keringanan sanksi yang diharapkan Pyongyang sebagai imbalan penghentian program nuklirnya.
Dalam kunjungannya ke Washington, Presiden Lee memperingatkan bahwa Korea Utara kini berpotensi memproduksi 10 hingga 20 hulu ledak nuklir per tahun.
Pyongyang hanya tinggal menyempurnakan teknologi re-entry agar hulu ledak bisa dipasang pada rudal balistik jarak jauh yang mampu mencapai daratan AS.
Kebuntuan ini dimanfaatkan Rusia. Presiden Vladimir Putin berupaya mempererat hubungan ekonomi dan militer dengan Korea Utara, di tengah kecaman dunia atas invasi ke Ukraina.
Baca juga: Putin-Kim Jong Un Bicara via Telepon Jelang KTT Alaska, Apa yang Dibahas?
Kondisi tersebut membuat prospek keberhasilan KTT AS-Korea Utara tampak semakin tipis. Bahkan usulan Presiden Lee untuk menggelar diplomasi dengan cara tak biasa, seperti bermain golf di Korea Utara, dipandang kecil kemungkinan bisa memecah kebekuan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini