Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adu Rudal Hipersonik, China dan Rusia Pimpin Teknologi Tercanggih

Kompas.com - 27/08/2025, 22:00 WIB
BBC INDONESIA,
Shintaloka Pradita Sicca

Tim Redaksi

MOSKWA, KOMPAS.com - Berkilauan di bawah sinar matahari yang menerpa sebuah lapangan parade di Beijing, rudal milik Tentara Pembebasan Rakyat China yang dibawa menggunakan truk bergerak perlahan melewati khalayak.

Rudal itu berbentuk seperti jarum dengan panjang 11 meter dan berat 15 ton. Di setiap rudal, terlihat tulisan: "DF-17".

China baru saja memperkenalkan rudal hipersonik mereka yang diberi nama Dongfeng.

Baca juga: Putin Bikin Rudal Hipersonik Terbaru, Dipasang Dekat NATO Akhir Tahun

Melansir BBC Indonesia pada Senin (25/8/2025), momen itu terjadi pada 1 Oktober 2019 dalam parade Hari Nasional China. Amerika Serikat sudah menyadari China sedang mengembangkan senjata itu.

Namun, sejak saat itu, China terus meningkatkan kinerja rudal tersebut.

Rudal itu dapat menjelajah lima kali lebih cepat dari kecepatan cahaya. Berkat kecepatan dan kemampuannya untuk bermanuver, rudal itu menjadi senjata yang hebat, sampai-sampai bisa mengubah cara berperang.

Inilah yang membuat persaingan global untuk mengembangkan rudal itu makin panas.

"Ini hanya satu komponen dari gambaran besar kontes geopolitik yang berkembang, yang kita lihat di antara aktor-aktor negara," ujar William Freer, seorang peneliti keamanan nasional dari lembaga think tank Council on Geostrategy.

"(Persaingan seperti ini) tak pernah terlihat lagi setelah Perang Dingin."

Baca juga: Rangkuman Perang Israel-Iran Hari Keenam: Teheran Kirim Rudal Hipersonik, Khamenei Peringatkan AS

Perlombaan rudal hipersonik Rusia, China, dan Amerika Serikat

Upacara di Beijing itu memicu spekulasi mengenai kemungkinan peningkatan ancaman dari pengembangan teknologi hipersonik oleh China. Saat ini, China memimpin di bidang rudal hipersonik, diikuti Rusia.

Amerika Serikat mulai menyusul, sementara Kerajaan Bersatu belum punya sama sekali rudal hipersonik.

Freer dari Council on Geostrategy, yang mendapatkan sebagian dananya dari perusahaan-perusahaan pertahanan dan Kementerian Pertahanan, berpendapat bahwa alasan China dan Rusia bisa memimpin sebenarnya relatif sederhana.

"Mereka memutuskan untuk mengivestasikan banyak uang untuk program-program ini sejak beberapa tahun lalu," katanya.

Sementara itu, kebanyakan negara Barat menghabiskan sebagian besar waktu dalam dua dekade pertama di abad ini untuk memerangi terorisme yang terinspirasi dari jihadi di dalam negeri mereka, dan perang-perang melawan pemberontakan di mancanegara.

Saat itu, kemungkinan bertempur melawan musuh dengan persenjataan modern masih tampak jauh.

"Akibatnya, kita gagal menyadari kebangkitan masif China sebagai kekuatan militer," ucap Sir Alex Younger, tak lama setelah pensiun sebagai kepala Badan Intelijen Inggris pada 2020.

Baca juga: Trump Desak Iran Menyerah, Teheran Langsung Kirim Rudal Hipersonik ke Israel

Negara-negara lain juga sudah berpacu lebih maju. Israel punya rudal hipersonik Arrow 3 yang didesain untuk menjadi pencegat.

Iran juga mengklaim memiliki senjata hipersonik. Mereka menyatakan bakal meluncurkan rudal hipersonik ke arah Israel saat perang 12 hari pada Juni lalu.

(Senjata itu benar-benar menjelajah di kecepatan sangat tinggi, tapi manuvernya diyakini tidak terlalu hebat hingga bisa masuk klasifikasi hipersonik).

Sementara itu, Korea Utara sudah menggarap senjata hipersonik versi mereka sendiri sejak 2021. Mereka mengklaim sudah memiliki senjata yang layak dan berfungsi (seperti terlihat di gambar).

Kini, AS dan Kerajaan Bersatu juga mulai berinvestasi pada teknologi rudal hipersonik, begitu pula negara-negara lain, termasuk Prancis dan Jepang.

AS tampak meningkatkan kekuatan pencegahan mereka, dan sudah memulai debut senjata hipersonik yang diberi nama "Dark Eagle".

Menurut Kementerian Pertahanan AS, Dark Eagle "mengingatkan pada kekuatan dan tekad negara kami dan tentaranya karena senjata Dark Eagle melambangkan semangat dan daya mematikan dari senjata hipersonik Angkatan Darat dan Angkatan Laut."

Namun, China dan Rusia saat ini sudah jauh di depan. Menurut beberapa pakar, ini bisa berpotensi menjadi kekhawatiran.

Keterangan gambar,Iran mengklaim sudah meluncurkan rudal hipersonik ke arah Israel dalam perang 12 hari pada Juni lalu.Morteza Nikoubazl/NurPhoto/Getty Images via BBC Indonesia Keterangan gambar,Iran mengklaim sudah meluncurkan rudal hipersonik ke arah Israel dalam perang 12 hari pada Juni lalu.

Baca juga: Kehebatan Fattah-1, Rudal Hipersonik Iran yang Gempur Israel Pagi Ini

Sangat cepat dan sangat tidak menentu

Hipersonik berarti sesuatu yang bergerak di kecepatan Mach5 atau lebih cepat. Itu berarti lima kali lebih cepat dari kecepatan suara atau sekitar 6.208,8 kilometer per jam.

Ini menempatkan rudal hipersonik ke level yang bukan cuma supersonik, yang berarti bergerak di atas kecepatan suara (1.234,37 km per jam).

Kecepatan ini menjadi salah satu alasan rudal hipersonik dianggap sebagai ancaman.

Rudal hipersonik tercepat saat ini adalah Avangard milik Rusia, yang kecepatannya diklaim bisa mencapai Mach 27 (33.313,42 km per jam), walau kecepatannya lebih sering tercatat di angka sekitar Mach 12 (14.805 km per jam), atau 3,2 km per detik.

Namun, kalau masalah kekuatan menghancurkan, rudal hipersonik tak jauh berbeda dari rudal supersonik atau subsonik, menurut Freer.

"Yang membedakan mereka adalah kesulitannya untuk dideteksi, dipantau, dan dicegat," ucapnya.

Baca juga: Iran Luncurkan Rudal Hipersonik Fattah ke Israel Pagi Ini

Mengapa rudal hipersonik jadi ancaman?

Secara umum, ada dua jenis rudal hipersonik. Pertama, rudal "boost-glide" yang mengandalkan roket (seperti DF-17 milik China) untuk meluncurkan rudal ke arah yang ditentukan, terkadang tepat di atas atmosfer Bumi.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau