“Kalau tidak, saya harus menanggung ribuan dolar per bulan. Mana sanggup? Bukan cuma salon, restoran dan bisnis kecil lain juga sama saja,” ujarnya.
Aturan lama yang baru ditegakkan
Sebenarnya, hukum di China sejak lama mewajibkan pengusaha dan pekerja membayar iuran jaminan sosial.
Besarannya berbeda tiap wilayah, tapi umumnya sekitar 10 persen dari gaji pekerja dan 25 persen dari pihak pengusaha.
Namun, aturan ini jarang ditegakkan. Banyak perusahaan memilih memberikan uang tunai tambahan kepada karyawan sebagai pengganti iuran.
Hasil survei tahun lalu terhadap lebih dari 6.000 perusahaan menunjukkan, hanya kurang dari 30 persen yang benar-benar patuh.
Situasi berubah bulan lalu ketika Mahkamah Agung China menyatakan perjanjian informal itu tidak sah. Pengadilan kini akan mendukung pekerja yang menuntut iuran jaminan sosial mereka.
“Kebijakan ini juga untuk menjawab masalah penuaan penduduk,” kata Chen Yifang, hakim yang menangani kebijakan tersebut.
Meski tujuannya melindungi pekerja, banyak anak muda justru pesimistis dengan masa depan sistem jaminan sosial.
Mereka ragu dana pensiun akan bertahan hingga masa pensiun mereka tiba, mengingat angka kelahiran terus turun dan jumlah pekerja semakin sedikit.
“Kalau kami harus bayar lagi 20 tahun, apa saya masih hidup sampai saat itu? Dan kalaupun masih hidup, apa bisa yakin uang itu benar-benar akan saya terima?” kata Yan Xuejiao yang kini berusia 40-an.
Zongyuan Zoe Liu, peneliti di Council on Foreign Relations, menilai ketidakpercayaan itu berakar pada sejarah penyalahgunaan dana pensiun oleh pemerintah lokal serta stagnasi pendapatan pekerja.
“Ini hitungan sederhana. Kalau gaji tidak naik, bagaimana orang bisa percaya kontribusi mereka hari ini akan terdistribusi puluhan tahun ke depan?” ujarnya.
Menurut Lu Quan, profesor jaminan sosial di Universitas Renmin Beijing, pemerintah seharusnya menurunkan tarif kontribusi agar tidak terlalu membebani usaha kecil.
“Prasyarat partisipasi wajib adalah sistem yang baik. Jadi kita tetap harus menurunkan tarif pembayaran. Dua hal ini saling terkait,” katanya.
Namun, Liu menambahkan, masalah mendasar tetap sulit dipecahkan.
“Ini bukan sekadar soal ekonomi bisa tumbuh lalu masalah selesai. Persoalan lebih dalam adalah kepercayaan publik terhadap sistem.”
Baca juga: Mulai 2026, Vietnam Makin Gencar Pungut Pajak hingga Sasar UMKM
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini