Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zelensky Kecam Rusia: Pilih Rudal Balistik daripada Diplomasi

Kompas.com - 29/08/2025, 14:47 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Euronews

KYIV, KOMPAS.com – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam Rusia atas serangan udara besar-besaran yang menghantam sejumlah kota Ukraina pada Kamis (28/8/2025) malam. Ia menilai Moskwa lebih memilih rudal balistik daripada duduk di meja perundingan.

“Rudal dan drone serang Rusia hari ini merupakan jawaban jelas bagi semua orang di dunia yang selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan menyerukan gencatan senjata dan diplomasi yang sesungguhnya,” kata Zelensky dalam unggahannya di X.

Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 18 orang. Namun, Kremlin tetap mengeklaim masih terbuka terhadap jalur diplomasi.

Baca juga: Atlet Rusia Hilang Saat Ikuti Lomba Renang Lintas Benua di Turkiye

“Rusia tetap tertarik untuk melanjutkan proses negosiasi guna mencapai tujuan kami melalui cara-cara politik dan diplomatik,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, dikutip dari Euronews.

Moskwa tetap lanjutkan serangan

Meski berbicara soal diplomasi, Peskov menegaskan bahwa operasi militer Rusia tetap berjalan.

“Angkatan bersenjata Rusia menjalankan tugas mereka. Sebagaimana dinyatakan, mereka terus menyerang infrastruktur militer dan yang terkait dengan militer,” ucapnya.

“Serangan berhasil, target dihancurkan, dan operasi militer khusus berlanjut,” imbuhnya.

Pada Kamis, rudal Rusia menghantam bangunan tempat tinggal, pusat perbelanjaan, usaha kecil, hingga depo kereta penumpang berkecepatan tinggi.

Di salah satu kawasan permukiman Kyiv, sebuah gedung lima lantai ambruk setelah terkena serangan langsung. Sebuah rumah dan taman kanak-kanak di sekitarnya juga rusak.

Gedung misi Uni Eropa di Ukraina turut terdampak. Dua rudal jatuh hanya 50 meter dari kantor delegasi Uni Eropa. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, ledakan terjadi dalam selisih waktu 15 detik, tetapi tidak ada staf yang terluka.

Baca juga: Jet Tempur AS Cegat Pesawat Rusia di Lepas Pantai Alaska untuk Ketiga Kalinya

Serangan itu juga merusak kantor media Ukrainska Pravda serta biro Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL) di Kyiv.

Tuntut sanksi baru

Zelensky mendesak negara-negara mitra Ukraina untuk memberi respons tegas atas tindakan Moskwa.

“Atas penolakan gencatan senjata dan upaya Rusia menghindari perundingan, sanksi baru yang kuat diperlukan,” tegasnya.

“Hanya ini yang bisa berhasil. Rusia hanya memahami kekuatan dan tekanan. Untuk setiap serangan, Moskwa harus merasakan konsekuensinya,” lanjutnya.

Ia menambahkan, Ukraina menunggu sikap dari China dan Hongaria. Dua negara itu sebelumnya menyerukan gencatan senjata, tetapi kini dinilai lebih banyak diam.

“Kami mengharapkan respons dari semua pihak yang menyerukan perdamaian, namun kini lebih sering bungkam daripada mengambil posisi yang berprinsip,” kata Zelensky.

Baca juga: Ukraina Rayakan Hari Kemerdekaan dengan Serangan Drone ke Rusia

Desakan internasional

Von der Leyen menegaskan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin harus segera datang ke meja perundingan.

Di sisi lain, Gedung Putih tetap mendorong tercapainya kesepakatan damai untuk mengakhiri perang. Namun, Moskwa menolak proposal gencatan senjata dan menilai pertemuan langsung antara Zelensky dan Putin belum bisa dijadwalkan.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya sempat bertemu Putin dan Zelensky pada Agustus lalu. Meski begitu, belum ada terobosan berarti, sementara serangan Rusia terhadap Ukraina terus berlanjut.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau