NEW DELHI, KOMPAS.com - India menegaskan tidak akan menyerah pada tekanan Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Donald Trump memberlakukan tarif tinggi atas berbagai produk asal "Negeri Anak Benua".
Trump menerapkan tarif tinggi sebesar 50 persen untuk produk-produk impor dari India karena terus membeli minyak Rusia, sebagaimana dilansir AFP.
Menteri Perdagangan India Piyush Goyal menyatakan, negaranya justru akan fokus merebut pasar baru di tengah ketegangan perdagangan dengan Washington.
Baca juga: India Dihajar Tarif AS, Modi Bela-belain ke China Minta Dukungan Xi Jinping
“India tidak akan tunduk atau terlihat lemah. Kami akan terus bergerak bersama dan merebut pasar-pasar baru,” ujar Goyal dalam acara industri konstruksi di New Delhi, Jumat (29/8/2025).
Pernyataan ini menjadi yang pertama dari Goyal sejak tarif 50 persen atas banyak barang India resmi berlaku di AS pekan ini.
Kebijakan itu disebut sebagai hukuman atas pembelian besar-besaran minyak Rusia oleh New Delhi, di tengah upaya Washington menekan Moskwa agar mengakhiri perang di Ukraina.
Sejak kembali ke Gedung Putih tahun ini, Trump kembali menggunakan tarif sebagai alat kebijakan dagangnya yang berdampak luas pada perekonomian global.
Hubungan perdagangan AS dan India pun makin tegang.
Baca juga: Tarif Impor Diputus Ilegal, Trump Ngamuk
New Delhi sebelumnya menyebut kebijakan tarif baru itu “tidak adil, tidak dapat dibenarkan, dan tidak masuk akal”.
Perundingan dagang kedua negara belakangan tersendat.
Trump mendesak akses yang lebih besar bagi produk pertanian dan susu asal AS, sementara Perdana Menteri India Narendra Modi tetap berkomitmen melindungi petani India yang merupakan basis pemilih penting.
AS sendiri menjadi tujuan ekspor utama India pada 2024, dengan nilai pengiriman mencapai 87,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 143 triliun.
Para analis menilai, tarif 50 persen hampir setara dengan embargo dagang dan berpotensi merugikan banyak perusahaan kecil.
Baca juga: India Dihajar Tarif AS, Modi Bela-belain ke China Minta Dukungan Xi Jinping
Beberapa sektor seperti tekstil, makanan laut, dan perhiasan bahkan telah melaporkan pembatalan pesanan dari AS.
Kerugian itu dimanfaatkan pesaing India seperti Bangladesh dan Vietnam untuk masuk pasar AS.
Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di India.
Goyal menegaskan pemerintah akan menyiapkan langkah dukungan dalam waktu dekat untuk menjaga kinerja ekspor.
"Saya dapat mengatakan dengan yakin bahwa ekspor India tahun ini akan melampaui capaian 2024-2025," ucap Goyal.
Baca juga: Perang Dagang Masih Membara, Trump Ancam Tarif Tambahan bagi Negara dengan Pajak Digital
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini