NEW DELHI, KOMPAS.com - Pemerintah India mengumumkan pemangkasan pajak konsumsi atas barang-barang kebutuhan sehari-hari hingga produk elektronik dan otomotif.
Kebijakan ini diambil guna mendorong permintaan domestik di tengah tekanan ekonomi akibat tarif tinggi dari Amerika Serikat (AS).
Pasalnya, rakyat India diperkirakan akan menjadi pihak yang paling terbebani dari kenaikan tarif ke AS. Sebab, tarif AS bakal memukul perindustrian dan membuat daya beli menurun.
Baca juga: Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman menyampaikan, keputusan tersebut diambil usai rapat panel pajak barang dan jasa atau GST yang dihadiri menteri-menteri dari seluruh negara bagian, Rabu (3/9/2025) malam.
"Panel menyetujui penurunan tarif untuk berbagai barang sehari-hari serta penyederhanaan struktur pajak," ujar Sitharaman dalam konferensi pers, sebagaimana dilansir Reuters.
Selama ini GST kerap dikritik karena strukturnya yang rumit karena memiliki empat lapisan tarif.
Panel kini menyetujui penyederhanaan menjadi hanya dua lapisan, yaitu 5 persen dan 18 persen.
Beberapa barang kebutuhan seperti pasta gigi, sampo, dan sabun mengalami penurunan pajak dari sebelumnya 18 persen menjadi 5 persen.
Baca juga: Negara Ini Sempat Diguncang Demo Besar karena Pajak
Sementara itu, pajak untuk mobil kecil, pendingin udara atau AC, dan televisi diturunkan dari 28 persen menjadi 18 persen.
Selain itu, GST dihapuskan sepenuhnya untuk polis asuransi jiwa individu dan asuransi kesehatan.
Pemerintah federal dan negara bagian India diperkirakan kehilangan pendapatan sekitar 480 miliar rupee atau sekitar Rp 89 triliun akibat kebijakan baru ini.
Pemangkasan pajak tersebut akan berlaku mulai 22 September, bertepatan dengan dimulainya festival Hindu Navratri.
Namun, langkah ini diyakini tidak akan terlalu membebani anggaran negara.
Baca juga: Perang Dagang Masih Membara, Trump Ancam Tarif Tambahan bagi Negara dengan Pajak Digital
"Peningkatan konsumsi sebagai pengganti rasionalisasi tarif GST akan lebih dari sekadar menetralkan potensi dampak pendapatan," kata Kepala Ekonom State Bank of India (SBI) Soumya Kanti Ghosh.
Menurut dia, dampaknya terhadap defisit fiskal dari pemangkasan pajak tersebut bahkan bisa hampir tidak signifikan atau bahkan positif.