Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Bunuh Ibu Hamil dan Bayinya yang Belum Lahir di Dekat Kamp Pengungsi Gaza

Kompas.com - 05/09/2025, 16:13 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber Al Jazeera

GAZA, KOMPAS.com – Serangan udara Israel di Kota Gaza kembali menewaskan warga sipil. Seorang ibu hamil dan bayinya yang belum lahir tewas di dekat kamp pengungsi Shati, Senin (1/9/2025).

Laporan dari kantor berita Palestina, Wafa, menyebutkan bahwa serangan itu juga menewaskan anak lainnya di rumah sekitar lokasi kejadian. Sumber medis di Rumah Sakit Al Shifa mengonfirmasi korban jiwa tersebut.

Adapun militer Israel terus menggempur wilayah permukiman padat di bagian selatan Kota Gaza, termasuk kawasan Zeitoun dan Sabra.

Baca juga: Hamas Luncurkan Operasi Militer Tongkat Musa, Tandingi Serangan Israel di Gaza

Sejak operasi militer intensif dilancarkan bulan lalu, lebih dari 1.000 bangunan rata dengan tanah. Sebanyak sepuluh orang tewas dalam serangan pada Senin.

Salah satu serangan Israel juga menyasar pasar di Jalan Nasser, yang dikenal padat pengunjung.

Situasi berubah mencekam ketika ledakan terjadi. Warga berhamburan menyelamatkan diri di tengah puing-puing bangunan.

“Orang-orang benar-benar panik. Mereka tidak tahu harus ke mana. Mereka mencari tempat yang aman, tetapi pasukan Israel menyerang setiap sudut kota,” ujar jurnalis Al Jazeera, Moath Al Kahlout, dari lokasi kejadian.

Di bagian selatan Gaza, tepatnya di Deir El Balah, serangan lain menghantam sekelompok warga yang berlindung di Sekolah Al Mazra’a.

Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa kemudian melaporkan kematian Anas Saeed Abu Mughsib, seperti dilaporkan kantor berita Wafa.

Secara keseluruhan, sumber medis menyebutkan sedikitnya 59 orang tewas akibat serangan Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza sepanjang hari itu.

Baca juga: Menhan Israel Sumpah Serapahi Houthi Yaman yang Tingkatkan Serangan

Ancaman kelaparan kian nyata

Warga Palestina saat mengantre bantuan makanan sup lentil di pusat distribusi Kota Gaza, 2 Agustus 2025. Program Pangan Dunia PBB pada Kamis (28/8/2025) sebut Gaza alami kelaparan parah dan butuh 200 titik distribusi pangan diaktifkan untuk selamatkan warga rentan.AFP/OMAR AL-QATTAA Warga Palestina saat mengantre bantuan makanan sup lentil di pusat distribusi Kota Gaza, 2 Agustus 2025. Program Pangan Dunia PBB pada Kamis (28/8/2025) sebut Gaza alami kelaparan parah dan butuh 200 titik distribusi pangan diaktifkan untuk selamatkan warga rentan.
Selain rentetan serangan, warga Gaza kini juga menghadapi krisis kelaparan yang kian parah. Blokade Israel yang sudah berlangsung berbulan-bulan menyebabkan tiga bayi meninggal dunia akibat kekurangan gizi pada hari yang sama.

Sejak perang dimulai Oktober 2023, lebih dari 350 orang dilaporkan meninggal karena kelaparan. Anak-anak mencatat lebih dari sepertiga dari jumlah korban tersebut.

Pihak berwenang menyebut bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza oleh Israel hanya mampu memenuhi sekitar 15 persen dari total kebutuhan.

Namun, pada Agustus lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak laporan dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC), lembaga internasional yang menangani krisis pangan, yang menyatakan bahwa kelaparan parah telah terjadi di Kota Gaza.

Netanyahu menyebut laporan itu sebagai “kebohongan besar”.

Pernyataan tersebut dikritik keras oleh Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, yang menyebut situasi di Gaza sebagai “kelaparan buatan manusia di abad ke-21”.

“Ini bukan bencana alam. Kita membutuhkan respons kemanusiaan yang besar untuk mencegah lebih banyak kematian. Organisasi kemanusiaan, tenaga medis, dan stok bantuan harus segera diizinkan masuk ke Gaza,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.

Baca juga: Israel Retak, Netanyahu dan Panglima Tentara Berkonflik

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau