Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Taiwan Disebut Chinese Taipei di Ajang Olahraga?

Kompas.com - 05/09/2025, 21:24 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Oleh karena keduanya sama-sama mengeklaim wakil sah dari China, Taiwan akhirnya mundur dari keikutsertaan.

Beberapa tahun kemudian, Taiwan sempat berpartisipasi dengan nama "China-Formosa" pada Olimpiade 1956, yang kemudian diboikot oleh Beijing. China lalu menarik diri dari IOC dua tahun setelahnya.

Selama dekade 1960-an, IOC menyarankan agar Taiwan tampil dengan nama "Taiwan". Namun, Pemerintah Taiwan saat itu menolak dan bersikeras disebut sebagai "Republik China" (ROC).

Situasi mulai berubah pada 1970-an, ketika semakin banyak negara mengalihkan pengakuan diplomatik mereka dari Taipei ke Beijing.

Taiwan pun kali terakhir tampil sebagai ROC di Olimpiade 1972, dan memboikot Olimpiade 1976 setelah tuan rumah Kanada menolak penggunaan nama ROC.

Setelah IOC mengakui Beijing sebagai perwakilan sah China pada 1979, Taiwan diskors dari Olimpiade.

Baru pada 1981, Taiwan kembali diizinkan berpartisipasi setelah menyetujui penggunaan nama "Chinese Taipei", nama yang tetap digunakan hingga saat ini.

Baca juga: Sejarah Kenapa China Disebut Tiongkok di Indonesia

Wacana kembali memakai nama Taiwan

Seiring memburuknya hubungan antara Taipei dan Beijing, muncul dorongan dari sebagian kalangan untuk kembali menggunakan nama "Taiwan" secara resmi di panggung internasional.

Pada awal Agustus 2025, Formosan Association for Public Affairs (FAPA), organisasi nirlaba di Amerika Serikat yang mendukung kemerdekaan Taiwan, mendesak IOC agar mengizinkan tim Taiwan tampil dengan nama "Taiwan", bukan "Chinese Taipei".

"Taiwan adalah negara yang merdeka dan berdaulat, dan ini adalah status quo yang telah lama ada," kata Presiden FAPA.

"Tim Olimpiade Taiwan berhak penuh untuk bertanding dengan bangga menggunakan nama 'Taiwan'," ujarnya menegaskan.

Referendum untuk mengganti nama "Chinese Taipei" pernah dilakukan di Taiwan pada 2018.

Namun, mayoritas pemilih menolak perubahan tersebut. Salah satu alasannya adalah kekhawatiran atlet papan atas akan dilarang mengikuti ajang olahraga besar akibat tekanan dari China.

Sejak Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menjabat pada 2016 dan kini diteruskan oleh Lai Ching-te atau William Lai, China semakin meningkatkan tekanan diplomatik dan ekonomi terhadap Taipei.

Tsai dan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang dipimpinnya menolak prinsip "Satu China", yang dianggap sebagai bentuk pengingkaran terhadap kedaulatan Taiwan.

Presiden Taiwan saat ini, Lai Ching-te, yang memenangi pemilu pada Januari 2025, melanjutkan kebijakan Tsai.

Ia menekankan pentingnya menjaga perdamaian di Selat Taiwan, tanpa harus mengorbankan klaim kedaulatan pulau tersebut.

Baca juga: Krisis Selat Taiwan, 3 Konflik sejak Akhir Perang Saudara China

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau